KABAROPOSISI.NET.| SIKKA – Menelusuri lokasi Wair Anak, kawasan bukit Ilin Sodang, Kacamatan Doreng, Kabupaten Sikka, kabaroposisi.net menemui seorang pemuda paruh baya yang tengah sibuk membersikan tanaman Vanilinya dari belitan rumput bertali. Di tengah kesibukannya, lelaki itu relah meluangkan waktunya untuk berbagi cerita.
Ia adalah Tarsisius Terusman. Lelaki berusia 25 tahun itu ternyata seorang mahasiswa semester 4 Fakultas Hukum Universitas Nusa Nipa Maumere.
Dikisahkannya, dirinya bergelut dengan tanaman vanili semenjak menjadi mahasiswa. Mengingat usia kedua orang tuanya semakin tua dan tidak mampu bekerja berat, ia harus mengambil peran orang tuanya sebagai tulang punggung keluarga.
Tarsisius yang telah beristri dan memiliki dua orang anak itu mengaku menjalani dua peran sebagai tulang punggung keluarga dan mahasiswa bukanlah hal yang mudah. Kendati demikian, semangat Tarsisius tak mudah patah.
Sebisa mungkin ia mengatur waktu. Usai jam kuliah, ia harus kembali ke kebun untuk merawat tanaman vanilinya. Walau kebun vanili yang ia tekuni itu tidak seluas seperti milik petani lainnya, namun ia mengaku emas hijau itu telah memberinya keuntungan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluaga dan kuliahnya.
“Ini hal yang tidak mudah. Mau tak mau, ya harus mau karena ini pilihan hidup yang harus dilewati. Saya percaya bahwa ketekunan dapat menghantar kita menuju kesuksesan,” tutur Tarsisius sembari menyeka basah keringat di dahinya.
Tarsisius mengaku pernah mengalami himpitan ekonomi, hingga ia nyaris putus kuliah. Hal itu dikarenakan anjloknya harga vanili, ditambah dengan maraknya pencurian vanili.
“Waktu itu memang sempat kecewa. Beruntung dapat ditanggulangi dengan hasil kebun warisan orang tua seperti kelapa dan kemiri dan hasil kebun lainnya. Walaupun tidak banyak tetapi bisa mengatasi kendala ekonomi yang saya hadapi saat itu,”kisahnya
Tarsisius mengatakan, beberapa tahun belakangan ini, harga vanili di Kabupaten Sikka kerap tidak stabil. Harga vanili mentah terkadang berkisaran Rp 150 ribu/Kg hingga Rp 350 ribu/Kg, sedangkan harga vanili kering berkisaran Rp 1 juta/Kg hingga Rp 2,5 juta/Kg.
Walau harganya kerap tidak stabil, namun Tarsisius tetap menekuninya, karena hasil panen vanili yang ia geluti selama ini cukup meringankan beban hidupnya. Disinggung berapa besar penghasilan sekali musim panen, Tarsi hanya tersenyum. Dia enggan membeberkannya. Namun, dirinya yakin sedikit berkah dari emas hijau itu dapat menghantarnya ke jenjang strata satu (S1).
“Jangan mudah menyerah jalani hidupa agar dapat menghantar kita sampai ke sebuah titik yang kita inginkan ya kita harus bekerja keras. Hasil vanili saya memang tak banyak, tapi saya terima ini sebagai berkah yang dapat membantu membiayai kuliah saya hingga wisuda,” tutur Tarsisius. (Go’e- F1)