Kabaroposisi.net (Banyuwangi)
Soal penanganan sampah di Banyuwangi nampaknya menjadi perhatian serius bagi salah satu aktivis lingkungan hidup yang satu ini. Pria bernama langkap Lamseng Saragih (Bang Lamseng) sepertinya sosok aktivis lingkungan yang akhir – akhir ini getol dalam hal penanggulangan masalah sampah di Kabupaten Banyuwangi.
Jargonnya yang menarik adalah “Mengubah Sampah Jadi Berkah”, kerap kali terlontar. Untuk itu Bang Lamseng tanpa kenal lelah blusukan ke desa – desa tawarkan program Gerbang Siber ( Gerakan Banyuwangi Mengubah Sampah Jadi Berkah ). Diketahui bahwa Bang Lamseng dalan hal ini bergerak melalui Forum Banyuwangi Peduli Sampah (FORBIS). Pantauan media dari hasil pertemuan Kepala Desa – Kepala Desa yang sudah pernah ditemuinya di wilayah Kecamatan Singojuruh. Ternyata responnya posistif dan bisa diterima program kemitraan penanganan sampah yang ditawarkan oleh Bang Lamseng.
Saat dikonfirmasi lebih jauh Bang Lamseng tanpa beban memberikan keterangannya soal penangan sampah di Banyuwangi. Inilah paparan Bang Lamseng saat ditemui media di Pasar Wit – Witan Alasmalang Singojuruh Rabu 27/11/2019.
“Jadi begini mas, pengelolaan sampah yang dilakukan oleh DLH (Dinas Lingkuhangan Hidup) sekarang terkait ditutupnya TPA di Desa Bulusan. Akhirnya sampah – sampah yang ada sekarang dibuang ke bekas – bekas galian C. Karena saya tau dibuang di wilayah Desa Patoman bekas galian C di Patoman, itulah yang saya maksud sama saja memindahkan penyakit dari Bulusan ke Patoman dan tempat lain. Karena apa dengan pola pembuangan sampah seperti itu pasti terjadi pencemaran air bawah tanah. Dan itu sangat membahayakan bagi masyarakat terdekat yang memanfaatkan air bawah tanah melalui sumur. Nah.. kalau itu diteruskan, sedangkan mencari lahan pengganti TPA itu tidak mudah, lalu sampai kapan ini akan terjadi”, paparnya.
Lanjutnya, “Sementara ini kita punya konsep bagaimana sampah itu bisa menjadi uang, inilah yang kami galakkan di banyak Desa. Dengan bangun sistem tata kelola persampahan. Sehingga kita bisa tidak terlalu ribet lagi perkara lahan TPA. Program ini yang saya tawarkan kepada DLH Banyuwangi melalui bu Kadis DLH. Akan tetapi kami masih terkendala komonikasi belum lancar dengan DLH, ada kesan seolah tidak merespon program kami. Padahal jelas program yang saya tawarkan adalah membantu tugas beliau juga sesuai kapasitas dan bidangnya”, lanjutnya.
Bang Lamseng juga sampaikan terkait Bank Sampah. Menurutnya bahwa fungsi Bank sampah Banyuwangi sudah tidak sesuai dengan visi misi, kenapa ?. Karena harusnya setelah bertahun – tahun Bank sampah itu terbentuk sesuai visi misinya volume sampah yang diterima oleh Bank sampah Banyuwangi seharusnya menurun. Tapi kenyataanya sekarang Bank sampah Banyuwangi membangun gedung baru lagi. Ini artinya menurut Bang Lamseng sampah yang ada semakin banyak, dalam artian tidak masuk kepada tujuan semula.
Bang Lamseng juga mengaku bahwa konsepnya mirip dengan visi misi Bank sampah Banyuwangi. Tapi dalam perjalananya bisa saja Bank sampah Banyuwangi kekurangan tenaga.
“Saya berharap bagaimana birokrat bergandengan tangan dengan aktifis lingkungan untuk kerja bersama. Karena masalah sampah ini masalah kita semua, apakah lagi Bapak Bupati sedang kerja keras deklarasikan Banyuwangi harus merdeka dari sampah mari kita dukung. Tidak ada yang terlepas dengan masalah sampah setiap hari setiap perumahan pasti memproduksi sampah. Kami juga berharap Kadis DLH bisa terbuka saling komonikasi, diskusi dan mencari solusi demi Banyuwangi yang kita cintai ini. Kalau memang tidak ada respon ya apa boleh buat saya akan ajukan hearing dan kita buka – bukaan terkait penanganan sampah di Banyuwangi”, harap dan tegasnya.
Merespon keluhan Bang Lamseng yang mengatakan bahwa DLH sementara ini belum merespon positif dengan tawaran programnya. Awak media mencoba hubungi Via WhatsApp nya, juga via seluler Kepala Dinas Lingkungan Hidup ( DLH ). Sayangnya mungkin karena sesuatu hal, kontak awak media via seluler langsung berdering namun belum mendapat respon dari Kadis DLH Banyuwangi. (rh35/red).