Kabaroposisi.net (Banyuwangi)
Bukan Kepala Sekolah Mochammad Rifai kalau tidak bisa bikin gebrakan. Hampir sekolah yang pernah dipimpinnya selalu ada yang berbeda. Semangat berekspresi dan berinovasi senantiasa menjadi “brand” Kepala Sekolah lulusan FKIP Universitas Jember ini.
Menurut Kasek yang suka tampil beda ini, “tidak ada yang absolute dalam mengelola dan melayani pendidikan di sekolah”. Prinsip pendidikan memanusiakan manusia dengan cara-cara dan pendekatan yang manusiawi tentunya. Mengutip apa yang pernah disampaikan Mas Menteri Nadiem makarim. Bahwa menjadikan pendidikan ini segera maju, maka jadikanlah lembaga pendidikan sebagai tempat yang “memerdekaan” dan sekaligus “menyejahterakan” warganya.
Masih kata Kasek Rifai, akunya ternyata pernyataan Menteri Pendidikan Makarin iti jauh sebelumnya sudah diterapkan oleh Kepala Sekolah asal Genteng ini. Kata Kasek yang populer dipanggil “pak haji” itu,
“Silahkan dan memang seharusnya kita ini menjadi manusia merdeka, berjiwa bebas, namun tanggung jawab moral dan etika tetap ditinggikan”, cetusnya.
Terkait kolaborasi lembaga pendidikan yang dipimpinnya dengan pondok pesantren, ditegaskan oleh Kasek Rifai bahwa sejak berdiri tahun 2003, SMA Negeri ini dikolaborasi dengan pondok pesantren namun belum dikuatkan dalam regulasi. Bupati Anas mendukung dan menguatkan, disampaikan bahwasanya kolaborasi sekolah negeri dengan pondok pesantren di SMAN DARUSSHOLLAH bersifat permanen, tidak terbatas waktu. Dan ditingkatkan menjadi SMAN Taruna Santri (Trasanda) akan berdampak lebih kuat lagi. Akan tetapi diharapkan manajemen dan penanganan sekolah harus sesuai dengan harapan pemerintah dan masyarakat, ujarnya tirukan apa yang disampaikan Bupati Anas.
Istu Handono, M.Pd. Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kab. Banyuwangi, mendukung dengan pemasangan prasasti itu. Harapannya, sekolah bekerja sama dengan pesantren selaras dengan visi pendidikan nasional. Anak-anak harus dikuatkan karakter keagamaan sebagai perimbangan terhadap kemajuan IPTEK dan pergaulan global.
Selanjutnya Kacabdin yang hobi berolahraga bulu tangkis itu, mengharapkan agar prasasti itu dibuat dari bahan marmer dan dipasang di tempat yang mudah dibaca siapa pun. (rh35)