Kabaroposisi.net. (Banyuwangi) –
Pada status akun Facebook (FB) milik Widie Nurmahmudy, unggah cuitan status tertulis “Papring itu, Kampungku” dan seterusnya, bahkan juga dilampiri foto banner besar dengan kalimat tulisan “Jalan Ini Hasil Swadaya Masyarakat, Bukan Dari Pemerintah.!!”. Sabtu (21/02/2020).
Dikonfirmasi lanjut via WhatsApp pribadi kepada pemilik akun Facebook untuk mengetahui apakah benar itu cuitan/tulisan status Facebook miliknya (Widie Nurmahmudy), si empunya menjawab/membalas,
“Enggeh, monggo silahkan, sudah untuk publik itu,” Jawab Widie Nurmahmudy via WA pribadi.
Lebih lengkapanya inilah cuitan lengkap pada akun Facebook milik Widie Nurmahmudy,
Papring itu, kampungku
Dalam dua minggu terakhir ini, saya melihat tiga banner yang unik dan menarik. Bunyinya “Jalan ini Hasil Swadaya Masyarakat, BUKAN Dari Pemerintah.!!”.
Dalam satu minggu, koordinator dari Lingkungan Papring & Wangkal kerja bakti. Khususnya, hari Rabu dan Sabtu.
Mengapa hari Rabu.?
Karena sebagian masyarakat dari Papring biasanya akan turun untuk belanja di pasar “Rebuan”. Pasar yang muncul setiap satu minggu sekali.
Sementara itu, kalau hari Sabtu, biasanya dimanfaatkan oleh warga Wangkal untuk membuka Kardus sumbangan, sebagai upaya memperbaiki jalanan yang rusak.
Nah, momen itu dimanfaatkan oleh warga yang peduli Papring untuk menggalang dana. Mulai 1000 rupiah atau lebih.
Tentu saja, tidak hanya warga Papring yang memberikan sumbangan untuk membeli krakal, pasir, aspal dll itu, warga yang melintas dari atas (Papring-Sumber Nanas-Mencil dll) ikut menyumbang juga, demi jalan yang dilalui bisa dinikmati secara layak.
Bagaimana Peran Pemerintah.?
Pemerintah.? emmm… Pemerintah itu apa ya.?
Eh, Pemerintah Banyuwangi, ya…
Kalau Pemerintah sih, semuanya bagus. Peraturannya bagus, hanya saja, orang-orangnya saja (mungkin) yang kurang becus mengurus. Buktinya, tak pernah ada penguasa Kabupaten, Provinsi apalagi Pusat yang datang kesini. Tapi, kalau calon-calon (mulai dari Caleg, Cabup, yang lolos sampai yang gak lolos) ya pernah. Tapi, setelah jadi, ya lupalah…
Pernah ada, isteri pejabat yang datang, eh, malah bertanya, ini daerah apa, masuk wilayah mana.?
Duh, ngeri.. Emang selama ini makan polopendem dari mana.? Buah alpukat, kelapa nangka pisang kopi, dari mana.
No Comen lah..
Oiya, keberadaan banner itu sebagai upaya apa ya.?
Tak ada upaya apa-apa. Hanya memberikan informasi, seperti papan raksasa ditengah kota tentang APBD APBN yang dipamerkan. Jumlahnya fantastis.!!
Telek.!!!!
Dan banner di kampung kami, hanya ingin menyampaikan bahwa tidak semua program yang disampaikan oleh ‘Cangkem-Cangkem’ penguasa itu apik. Mulai tingkat Pusat, Provinsi apalagi Kabupaten.
Ibaratnya “Ngomong Festival sangat Kenceng, Ngomong Jalan Tak Beraspal ora Ngaceng”.
Buktinya, penguasa yang menjabat 2 periode (kurang berapa bulan) di Kabupaten Banyuwangi saja, tak pernah tahu bagaimana kondisi di Papring. Batang hidungnya saja tak pernah nongol Apalagi Penguasa di Pusat yang sudah masuk 2 periode.
Artinya apa.?
Bahwa persoalan yang dialami oleh masyarakat Wangkal-Papring ini, cermin kemandirian dan kepincangan.
Ketika pemerintah sudah pincang, karena penguasa yang ‘mandul’ pada kebijakan, bangga pada keberhasilan ‘masturbasi’ maka masyarakat akan memperkuat jati dirinya, martabatnya dengan kemandirian bersama. Dan, tentu saja, masyarakat mandiri itu masih ADA di Indonesia, meski tak pernah terlihat. Tapi, mereka Nyata. Membangun Bangsanya.
Nah, itulah ceritaku, tentang kampungku..
#Papring#Kalipuro#Banyuwangi#Swadaya#Martabat#FestivalAspal.
Itulah cuitan status akun Facebook atasnama Widie Nurmahmudy yang juga menyertakan gambar banner. (Ktb)