Kabaroposisi.net (Banyuwangi)
Beberapa bulan Sungai Binao yang berhulu di lereng Gunung Raung di wilayah Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi airnya tak sejernih biasanya.
Air Sungai Binao yang sebelumnya bisa dikonsumsi oleh warga sangking beningnya, beberapa bulan sampai hari ini tak lagi, karena kondisi air keruh bercampur lumpur. Kabarnya kejernihan air di Sungai Binau sangat membantu juga untuk usaha petani “Sayur Seladah”.
Informasi yang berkembang keruhnya air diakibatkan terjadinya longsor dengan luas hektaran pada salah satu sisi tebing lereng Gunung Raung. Dibarengi curah hujan dengan intensitas yang tinggi di wilayah Kecamatan Songgon kikis dan seret sedikit demi sedikit longsoran tersebut oleh aliran Sungai Binau ke hilir.
Material longsoran tebing lereng Gunung Raung yang terbawa aliran Sungai Binao lebih dominan berupa pasir ketimbang lumpur. Sehingga hampir sepanjang aliran Sungai Binao banyak terjadi endapan-endapan pasir dan pendangkalan Sungai.
Satu sisi dampaknya membawa “berkah” karena material pasir yang mengendap di sepanjang aliran Sungai Binao dan Dam-Dam penampung. Bisa dimanfaatkan oleh masyarakat setempat yaitu untuk kebutuhan material bangunan pribadi juga bisa diuangkan dengan cara dijual.
Apalagi kualitas pasirnya yang tergolong bagus punya nilai jual lumayan tinggi dibanding pasir hasil galian/tambang kebanyakan. Namun menurut beberapa warga perlu kerja keras untuk bisa mendapatkan material pasir tersebut. Karena selain dengan cara manual dengan alat seadanya juga harus kerja dua kali imbal pasir dari Sungai ke pinggir jalan.
Tetapi di lain hal jadi “petaka” karena air yang keruh tidak lagi layak konsumsi. Tak hanya itu pantauan media yang sangat urgen atau bisa dibilang emergency. Yaitu keluhan “petani” wilayah Kecamatan Songgon, Kecamatan Singojuruh, Kecamatan Rogojampi, dan Kecamatan Blimbingsari.
Yang mana mereka menggantungkan hasil pertaniannya dari kelancaran pengairan Sungai Binao. Sedang kebutuhan air untuk usaha pertaniannya tidak lancar akibat terjadinya penyumbatan pada pintu-pintu pembagi air di Dam-Dam penampung yang ada bahkan terancam gagal panen.
“Saya serba salah setiap hari menerima keluhan petani pak karena sawahnya tidak terairi, sehingga saya pernah ajak petani kerja bhakti angkat pasir yang menutupi pintu-pintu air saluran. Tapi yaitu pak, selesai satu pintu pindah ke pintu yang lain hitungan menit sudah tersumbat pasir lagi yang tadi pak. Kalau begini terus petani bisa gagal panen pak”, kata “ANS” Ketua HIPPA salah satu Desa di Kecamatan Songgon.
Sementara menurut salah satu juru air inisial “SNL” terjadi pendangkalan di beberapa Dam penampung air aliran Sungai Binao diantaranya Dan Telepak, Dam Takir, Dam Tembelang, Dam Baru, Dam Larangan, dan Dam Concrong. Masih kata “SNL” karena ada keluhan petani tentang kebutuhan air, pernah dilakukan kerja bhakti di Dam Telepak, tapi tidak mampu menyelesaikan masalah. Pasalnya menurut “SNL” layanan pengairan ke persawahan petani bisa tertolong bila material/sedimen pada Dam-Dam itu diangkat menggunakan alat berat. Dan itu pun akan memakan waktu kurang lebih 6 bulan bisa teratasi, karena material pasir setiap hari menumpuk terbawa aliran Sungai. (rh35).