KABAROPOSISI.NET|Papua, _ Menurut Maniagasi, Masyarakat Papua Pemilih Cerdas.
Politik Indonesia dalam satu dasawarsa terakhir diwarnai dengan menguatnya politik dinasti. Regenerasi pimpinan di level eksekutif maupun legislatif bahkan kelembagaan Partai Politk pun mengadopsi sistem perusahaan dimana proses ini kental dengan hubungan darah atau kekerabatan.
Pemusatan kekuasaan di kelompok kecil elite (oligarki) di berbagai level dan wilayah dan Institusi Partai Politik pun kian terasa dampaknya sampai mempengaruhi ke daerah daerah di Indonesia.
Hal yang terjadi secara nasional ini ternyata tidak berlaku pada regional Papua, semisal pada beberapa figur politik di Papua yang pada pandangan diatas disebutkan dengan sistem politik dinasti dalam prosesnya menurunkan kekuasaan atau kewenangan pada anak atau keluarga yang lain, justru di Papua itu tidak terlihat, dengan kata lain Papua benar-benar melakukan proses.
Pembelajaran politik yang rasional.
Proses pembelajaran politik yang rasional ini memberikan dampak pada survey survey yang dilakukan pada lembaga politik tertentu terhadap elektabilitas Calon Ketua Partai di Daerah, Di Papua saat ini jika merujuk pada hasil yang dipublis oleh salah satu Lembaga Survey menunjukan kemunculan figur baru, potensial yang oleh publik Papua dianggap paling layak dipimpin oleh figur tersebut.
Hasil lembaga survey yang dilakukan dengan tujuan untuk mengukur
1.Popularitas dan Akseptabilitas Kandidat ketua DPD Partai Gerakan Indonesia Raya,
2. Mengukur Elektabilitas Calon ketua DPD Parta Gerakan Indonesia Raya
3. Mengukur Partisipasi
4. Mengukur Preferensi dan Karakteristik Pemilih, variabel yang digunakan sebagai alat survey ini dilakukan di 13 Kabupaten Kota di Provinsi Papua. Hasil survey ini menempatkan figur baru sebagai orang teratas dihasil poling tersebut adalah Wally Wonda ST. dan yang kedua adalah DR. Ones Pahabol, sementara ketua DPD Gerindra Sebelumnya yakni Ibu Yanni justru berada pada Pilihan ke-empat atau yang menempati akhir dari 4 teratas yg muncul dalam pulih tersebut.
Survei ini menunjukkan bahwa secara popularitas atau tingkat keterkenalan kandidat oleh pemilih, baik Wali Wonda, ST (83.8%) maupun Dr. Ones Pahabol (83.3%) adalah mempunyai angka popularitas yang praktis nyaris sama (berada di bawah Margin or Error 2.8%) pada saat wawancara (pengambilan data dilakukan).
Tetapi secara akseptabilitas, Wali Wonda, ST (72.3%) sedikit lebih banyak disukai masyarakat dibandingkan Dr. Ones Pahabol (70.5%) pada saat wawancara (pengambilan data dilakukan).
Pada pertanyaan yang digunakan yakni: Seandainya Pemilihan Ketua DPD Gerindra Papua dipilih oleh rakyat dan dilaksanakan hari ini, siapa yang akan Bapak/ Ibu/ Saudara/i pilih sebagai Ketua DPD Partai GERINDRA Provinsi Papua? Jawabannya sungguh signifikan dimana untuk pertanyaan ini Wally Wonda mendapat presentase 45,1% dari Total 1500 responden dan Ones Pahabol berada pada 39,1%.
Grafik ini menanjak jika dilihat pada prode Januari Wally Wonda dengan pertanyaan yang sama, Wally Wonda hanya mendapat 27,6% dibawah DR. Ones Pahabol.
Untuk pertanyaan Spontan dengan Jawaban Spontan juga menemukan bahwa dalam pertanyaan spontan, terbuka pada kandidat Ketua DPD Partai Gerindra Provinsi Papua, WALI WONDA, ST (45.1%) lebih unggul dari DR. ONES PAHABOL (39.1%), dengan menyisakan 15% pemilih yang menyatakan tidak tahu atau tidak mau menjawab.
Pertarungan dua Kutub antara pemain lama dan pemain baru di kancah perpolitikan Papua mulai memanas, Wally Wonda, ST dan DR. Ones Pahabol merupakan dua aktor politik beda genderasi ini muncul sebagai figur yang dinilai sangat pantas memimpin DPD. Gerindra Prov. Papua, Wally Wonda mewakili kelompok mileneal yang potensial sebagai figur politik yang diharapkan mampu mendrop perubahan pada pergerakan DPD Gerindra Papua.
Sementara DR. Ones Pahabol sebagai figur yang mewakili kalangan teknokrat dan politisi senior di Papua juga memberikan tekanan yang cukup bagi Wally Wonda dan juga Ibu. Yanni.
Hal ini menunjukan distribusi kelompok pemilih rasional di Provinsi Papua mulai merambah masuk pada kelompok pemilih tradisional sehingga peta politik Papua 2024 menjadi sengit, apalagi dengan berakhirnya masa jabatana Tokoh Sentral Papua Gubernur Lukas Enembe mengakibatkan semua figur politik yang kalah mentereng dari pak Gubernur akan menjadikan momentum ini sebagai suatu kesempatan untuk pembentukan opini pada figur politik tertentu oleh kelompok pemilih.
Dengan demikian penetapan ketua DPD Gerindra Prov. Papua setidaknya juga dapat mengacu pada hasil analisis akademis yang dilakukan oleh Lembaga Survey atau lembaga sejenis yang juga melakukan hal serupa, maksudnya adalah proses hasil dari keputusan pihak DPP Gerindra terhadap Calon Ketua DPD Gerindra Papua kelak sangat menentukan eksistensi partai Gerindra di Papua.
Hal ini juga berkaitan erat dengan distribusi infrasutruktur politik yang dilakukan oleh Gerindra pada tahapan pertama di Pilkada 11 Kabupaten di Provinsi Papua di bulan Desember tahun 2020 ini.
Hal ini tertuang dalam diskusi Cerdas yang dilakukan oleh DPW Lira Prov. Papua dalam kegiatan silaturahmi organisasi antara DPW Lira Provinsi Papua dan DPD Lira Kota Jayapura, Gubernur LIRA Prov. Papua Toenjes Swansen Manigasi, SH. dalam pandangannya bahwa dinamika ini seharusnya juga dibaca oleh kelompok partai politik lain terutama partai-partai besar yang lolos 4% Parlementry Treshold, Seperti PKS, PKB, P3, Nasdem, Demokrat dan PDIP selaku Partai penguasa.
Lanjut maniagasi DPW Lira Prov. Papua akan terus memantau dan mengikuti dinamika politik, birokrasi serta Sosial Kemasyarakatan dan juga dinamika Hukum dan Ham di Provinsi Papua, agar semua lapisan masyarakat dapat memperhatikan sebagai bentuk rasa partisipasi untuk membangun di Prov. Papua kearah yang lebih baik.
Ketika disingung Soal Otsus Plus garapan Kemendagri, Maniagasi mangatakan bahwa telah membacanya dan mempelajarinya serta memiliki analisa tersendiri soal Otsus Plus tersebut, dan DPW. LIRA Prov. Papua akan berkordinasi terkait hal tersebut dengan elemen masyarakat yang lainnya, Soal Otsus Plus, Nantilah kita bedah lagi, tutup maniagasi kepada media ini. (red)