KABAROPOSISI.NET | BANYUWANGI – Seputar acara silaturrahmi insan seniman dan budayawan se Kabupaten Banyuwangi di Pondok Pesantren Bahrul Hidayah Desa Parijatah Kulon Kecamatan Srono Kabupaten Banyuwangi Senin 30/11/2020 kemarin.
Pada kesempatan tersebut pasca deklarasi dukungan kepada Paslon 01 Yusuf Widyatmoko dan KH. Muhammad Riza Aziziy serta pidato Cabup Banyuwangi Paslon 01 Yusuf Widyatmoko. Untuk penyegar rohani, KH. Ali Makki Zaini selaku Pengasuh Pondok Pesantren yang berketempatan acara. Menyampaikan tauziahnya kepada hadirin yang mayoritas dari kalangan seniman itu.
KH. Ali Makki Zaini yang lebih dikenali dengan nama panggilan Gus Makki dalam tauziahnya di hadapan hadirin kalangan insan seni. Menyesuaikan dengan keadaan dan kerap kali lempar candaan undang tepuk tangan dan tawan hadirin. Sebelum tauziahnya, Gus Makki absensi para seniman sesuai dengan nama jenis kesenian yang dibidanginya. Dan sebagai bentuk keakraban Gus Makki undang Komedian tradisonal senior Mbah Glenter.
Sesekali Gus Makki undang tawa hadirin, karena sengaja lempar pertanyaan dan ajak ngobrol Mbah Glenter layaknya grup komedi yang sedang menghibur. Tauladan kesetaraan antara umat dan status sosial terlihat pada acara tersebut.
Gus Makki menyampaikan pandangannya tentang apa itu “Seni” menurut pribadinya. “Menurut saya…seni itu merubah kekasaran menjadi kelembutan, seni itu merubah yang asalanya kasar menjadi lembut, merubah yang asalnya masih ragu-ragu menjadi teguh dalam pendiriannya, merubah yang asalnya tidak berpendirian menjadi pribadi diri sendiri. Itulah kehebatan seni menurut saya”,
Gus Makki ungkapkan kebanggaan dan menyarankan kepada para insan seni budaya baik yang muslim maupun yang non muslim jadilan senilan Indonesia. “Saya bangga kepada teman-teman yang hadir ini, apakah seniman yang muslim maupun yang non muslim. Ayo…menjadi seniman Indonesia, seniman yang muslim ya tetap jadi orang Indonesia, yang non muslim ya jadi orang Indonesia. Jangan pernah berubah jadi orang lain, karena agama tidak menuntut kalian berubah dandanan dan penampilannya, tapi yang dilihat Allah adalah hatinya”,
Berikut dipertegas, “Jangan pernah menilai orang dihadapan Tuhan karena penampilan, jangan pernah merasa lebih suci dari orang lain, jangan pernah merasa lebih baik dibanding orang lain. Belum tentu saya yang Ketua NU ini lebih baik posisinya di depan panjenengan dibanding teman-teman seniman Jangeran dan Jaranan”.
Sedikit masuk ke suasana politik Pilkada, Gus Makki kepad para seniman yang hadir mengatakan, kalau memang mau Paslon 01 Yusuf dan Gus Riza mau dimenangkan. Kurangi acara kumpul-kumpul, tapi bergeraklah ke masyarakat dengan santun diajak bersama-sama mendukung Yusuf dan Gus Riza. “Kita memenangkan Pak Yusuf tanpa harus mejelek-jelekkan yang lain. Perkara yang sanan menjelek-jelekkan kita biarkan saja, sabar kan sudah gak lama lagi. Sekali lagi…karena kalian adalah seniman menangkan Pilkada dengan cara seniman”.
Menurut Gus Makki seniman harus beda caranya dengan yang bukan seniman. Kalau masyarakat masih mau diajak dengan cara mendengarkan lantuman lagu, untuk apa sampai melotot-melototkan mata. Gus Makki minta kepada seniman untuk menyarankan masyarakat demi masa depan Banyuwangi jangan tergiur tukar suara hanya dengan uang, beras, kerudung, dan sarden. Sambil bercanda Gus Makki di penghujung penyampaiannya, katakan soal harga anak seekor Kambing yang senilai 1 juta, tetapi harga orang jual suara hanya 250 ribu rupiah.
Sebelum beranjak dari pangung utama, Gus Makki ajak hadirin bersholawat dengan iringan musik. Gema sholawatpun berkumandang pelahan-lahan sentuh kalbu para seniman menuju pada tingkat kekhusu’an. Sembari penuh harap sentuhan doa-doa oleh Gus Makki yang begitu menyentuh, membuat hadirin berderai air mata. (r35).