KH. Maskur Ali Sebut Sosok Seperti Yusuf Widyatmoko Tidak Ada Potongan Untuk Korupsi

KABAROPOSISI.NET | BANYUWANGI – Pada acara silaturrahmi dan deklarasi dukungan kepada Cabup Cawabup Banyuwangi Paslon 01 Yusuf Widyatmoko dan KH. Muhammad Riza Aziziy. Oleh para seniman dan budayawan se Kabupaten Banyuwangi di Pondok Pesantren Bahrul Hidayah Desa Parijatah Kulon Kecamatan Srono Kabupaten Banyuwangi Senin 30/11/2020.

Diluar dugaan sebuah kata sambutan dari sosok tokoh besar Banyuwangi mantan Ketua PCNU Banyuwangi sebelum Gus Makki yaitu KH. Maskur Ali. Sebelum menyampaikan sambutannya sosok Kiyai yang cukup disegani itu, terlihat sedikit menghela nafas karena sepertinya larut dalam keharuan melihat kejadian yang luar biasa di acara tersebut.

Awali sambutannya setelah uluk salam, KH. Maskur Ali mengatakan, “Hari ini tumpleg pleg (tumpah ruah) di Pondok Pesantren Gus Makki dari berbagai elemen. Seluruh pecinta dan pelaku seni yang ada di Banyuwangi, dibarengi juga hadirnya pengurus Ikawangi dari Bekasi, Sorong dan seterusnya. Berkumpul di sini hanya dengan satu keinginan terjadinya perubahan yaitu Bupatinya harus ganti”. Sontak hadirin sambut pernyataan KH. Maskur Ali dengan sorak sorai pekik perjuangan dan tepuk tangan.

KH. Maskur Ali sebut bahwa Banyuwangi dari sisi letak geografisnya adalah sebagai tola ukur kemajuan di Pulau Jawa bahkan seluruh Indonesia. Maka ketika nanti Bupatinya sudah ganti Yusuf dan Gus Riza, yang sudah berjanji tidak akan korupsi. Maka kata Kiyai Maskur Ali Banyuwangi masyarakatnya akan betul-betul menikmati hasil pembangunan Banyuwangi.

“Saya yakin…kalau potongannya sepeeti Mas Yusuf ini bukan potongan orang yang suka korupsi. Nyatanya sepuluh tahun jadi Wakil Bupati tapi penampilannya masih tetap seperti orang biasa. Apalagi sudah dikatakan kalau jadi Bupati adalah sebagai pelagannya masyarakat. Saya juga heran, kenapa artis-artis seniman top se Banyuwangi kok tidak ke sana milih ke sini, ini ada apa kira-kira. Ini adalah suatu kekompakan yang sangat luar biasa, rawe-awe rantas malang-malang putung, mari 9 Desember coblos nomer siji (satu)”, ungkapnya dengan curi khas suaranya yang menggelegar itu.

Berikut KH. Maskur Ali mengaku sangat haru dan menangis kalau melihat perjalanan Yusuf Widyatmoko selama ini. Foto-foto, gambar-gambar, kaos-kaos, dan baliho-baliho yang terpasang di berbagai tempat berbeda-beda. Betapa tidak mengharukan ternyata foto, gambar, kaos, dan baliho berbeda-beda karena memang orang yang membuatnya berbeda-beda. Yaitu rakyat Banyuwangi yang kuat keinginannya untuk terjadi perubahan di Banyuwangi.

“Saya jadi berfikir.., ini apakah gerakan ga’ib yang tidak kita ketahui semua mendukung kecuali yang tidak waras. Dan seluruh Kiyai-Kiyai di Banyuwangi, saya yakin mendukung Mas Yusuf dan Gus Riza”, ucapnya.

Di penghujung KH. Maskur Ali sempat memuji sosok Michael Edy Hariyanto Ketua DPC Partai Demokrat. Yang mana KH. Maskur Ali mengaku tahu persis perjuangan Michael pagi, siang, sore, sampai malam dan setiap hari dilakukan. Hanya untuk kemenangan Yusuf dan Gus Riza dan itu semua semata-mata hanya demi perubahan di Banyuwangi.

Kemudian KH. Maskur Ali ibaratkan perjuangan masyarakat untuk kemenangan Paslon 01 Yusuf dan Gus Riza. Pada masa perjuangan rakyat Indonesia berjuang demi merebut kemerdekaan dari penjajah. Belanda punya Bom, punya Meriam, punya banyak senjata dan uang. Sementara rakyat Indonesia tidak punya apa-apa hanya ada bambu runcing, pedang, dan ketapel. Tapin dengan jiwa idealis, kompak dan semangat untuk melakukan perubahan dari dijajah untuk merdeka. Akhirnya dibarengi dengan turunnya Rohmad Tuhan Yang Maha Esa, kemerdekaan pun dapat diraih oleh rakyat Indonesia ketika itu. (r35).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *