Kabaroposisi.net | BANYUWANGI – Pada Rapat Koordinasi Tindak Lanjut Penanganan Covid-19 yang digelar secara virtual Senin 21/6/2021 oleh Forkopimda Banyuwangi. dr. Rio selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi dalam paparannya tegaskan. Bahwa “kerumunan” adalah sebagai cara bagi penularan dan penyebaran Covid-19 di Banyuwangi.
Sebelumnya pada kesempatan tersebut dr. Rio (Kadinkes) dalam paparannya membenarkan bahwa di hari-hari terkahir memang terjadi peningkatan kasus yang mengkhawatirkan. Namun kejadian tidak hanya di Banyuwangi tetapi secara Nasional. Lanjut dr. Rio informasikan angka-angka kasus Covid-19 di Banyuwangi yang dirilise setiap hari melalui wabside Covid-19 Kabupaten Banyuwangi.
Kemudian dr. Rio sampaikan juga perbandingan kasus yang terjadi di Bayuwangi dengan kasus yang terjadi di tingkat Provinsi juga tingkat Nasional. Kesimpulannya kejadian kasus per kasus di Kabupaten Banyuwangi masih dibawah angka kasus tingkat Provinsi maupun tingkat Nasional. Diurainya juga informasi kasus per kasus yang terjadi di tiap Kecamatan se Kabupaten Banyuwangi. Yang mana angka kasus aktif tertinggi terjadi Kecamtan Tegaldlimo, Kecamatan Blimbingsari, Kecamatan Purwoharjo, dan Kecamatan Kota Banyuwangi.
Tentang informasi penambahan kasus yang tercatat dari awal kasus Covid-19 di Banyuwangi sejak bulan Maret 2020. Bahwa terjadi lonjakan kasus pada bulan Agustus ketika terjadi klaster besar dari salah satu Ponpes. Kemudian menurun atau fluktuatif heberapa waktu, ada peningkatan lagi di bulan Desember, kemudian fluktuatif lagi. Dan sampai pada Minggu terakhir di bulan ini (Juni) terjadi peningkatan yang dikhawtirkan akan terus meninggi.
Dipaparkan juga kejadian kasus menurut berdasarkan jenis kelamin, bahwa jenis kelamin perempuan lebih banyak terjangkit Covid-19. Kasus sembuh identik juga lebih banyak jenis kelamin perempuan, kasus aktif dengan sendirinya juga perempuan lebih banyak. Akan tetapi untuk kasus meninggal justru jenis kelamin laki-laki yang lebih banyak.
Kasus berdasarkan umur, untuk kelompok umur yang paling banyak terkena adalah kelompok umur 51 sampai 60 tahun. Kemudian kasus kesembuhan banyak terjadi pada usia kelompok usia 21 sampai 30 tahun, karena tingkat imunitas yang tinggi dan masih muda sehingga kesembuhan lebih cepat terjadi. Kasus aktif dan meniggal ternyata kelompok umur lebih dari 60 tahun (lansia) yang paling banyak dari kelompok umur yang lain.
Kasus meninggal yang terjadi di Rumah Sakit Rujukan banyak terjadi pada pasien yang punya penyakit penyerta (komorbid). Setelah dianalisa yang paling banyak adalah penyakit diabetes melitus atau kencing manis, hipertensi dan seterusnya. Oleh sebab itu kata dr. Rio, perhatian lebih ditujukan kepada yang pertama adalah kelompok usia diatas 60 tahun atau lansia, kedua adalah kelompok orang-orang dengan penyakit penyerta (komobid).
Berdasarkan data-data kasus yang terjadi, Dinkes memutuskan untuk mengaktifkan kembali Posbindu PTM yang sebetulnya secara nasional belum direkomendasikan untuk dibuka. Dengan pertimbangan membuka Posbindu PTM notabene melakukan pendeteksian dan perawatan terhadap penyakit-penyakit tidak menular yaitu diabetes melitus (kencing manis), hipertensi dan lain-lain. Harapannya kondisi lansia yang punya penyakit penyerta (komorbid) bisa diperbaiki bisa ditingkatkan kuwalitasnya. Sehingga ketika terkena covid-19 mereka lebih berdaya lebih kuat lebih tahan dan tidak gampang menuju pada kematian
Disinggung juga soal peningkatan kasus sebelum dan sesudah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro. PPKM Mikro yang dimulai pada tanggal 9 Februari 2021, kalau ditarik ke belakang selama periode tertentu. Secara umum memang terjadi penurunan kasus sebelum pemberlakuan PPKM Mikro dan sesudah pemberlakuan PPKM Mikro. Di Minggu terkahir bulan ini terjadi peningkatan kasus yang cukup signifikan dibanding pertengahan bulan Mei. Inilah yang menurut dr. Rio sebagai Alarm yang sudah menyala di Banyuwangi dan harus diwaspadai bersama.
Masih terkait PPKM jelasnya, sejak pemberlakuan PPKM Mikro RT-RT yang semula ada di zona hijau semakin menurun berganti warna menjadi kuning, oranye dan merah. Diharap kegiatan Posko-Posko PPKM di seluruh wilayah dioptimalkan sesuau dengan petunjuk yang sudah ada.
Lanjut dr. Rio melebar pada klaster-klaster baru penyebab terjadinya peningkatan kasus yang signifikan. Diantaranya disebut diawali dari Kecamatan Tegaldlimo klaster hajatan di Desa Ringinpitu dan di Kecamatan Purwoharjo Desa Sumberasri, klaster Pondok Pesantren Nurul Qur’an di Kecamatan Blimbingsari, klaster jiarah Wali Songo, kemudian klaster tempat ibadah yaitu Masjid di Desa Tegaldlimo, dan klaster keluarga yang terjadi di Pakis Jalio Banyuwangi.
Akhirnya sampailah pada kesimpulan, yang mana selaku Kadinkes dr. Rio katakan,
“Ternyata kondisi yang terjadi di Kabupaten Banyuwangi secara umum terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Dan muncul beberapa klaster baru, yang ini semua jadi worning bagi kita semua dan menjadi bukti bagi kita semua bahwa “kerumunan” jadi cara bagi penularan dan penyebaran covid-19. Maka yang harus diperhatikan dan dicermati diwaspadai bersama adalah tempat-tempat yang terjadi “kerumunan” ungkapnya.
dr. Rio berharap ada evaluasi kembali terhadap kegiatan-kegiatan yang berpotensi mengundang “kerumunan”. Apakah kegiatan-kegiatan warga tidak berpotensi untuk menjadi tempat atau klaster penularan dan penyebaran covid-19. Di sisi lain para tenaga kesehatan berjibaku melakukan vaksinasi tapi bila tidak diikuti oleh upaya pengetatan terhadap kegiatan warga, maka semua itu akan jadi muspro. Karena rumus untuk mengindari terjadinya penularan ada 2 (dua) pengetatan protokol kesehatan dan vaksinasi. (r35).