Dosen Poliwangi Bekali Warga Singonegaran Konsep Hidroponik Bertenaga Surya

Kabaroposisi.net | BANYUWANGI – Kelurahan Singonegaran, tepat di jantung Kota Banyuwangi berinisiatif mengembangkan pertanian berbasis Hidroponik lebih tepatnya urban farming. Salah satu metode pertanian di lahan kota yang sempit menggunakan Hidroponik dengan Metode DFT (Deep Flow Technique).

Teknik DFT ini menitikberatkan kepada sirkulasi aliran air yang konstan untuk membawa nutrisi makanan cadangan tumbuhan. Dengan metode ini maka pompa air harus bekerja terus menerus. Hal ini energi listrik untuk menggerakkan pompa berasal dari energi panel surya. Pentingnya penerapan energi solar panel dapat mengurangi konsumsi energi berbasis fosil atau minyak.

Energi matahari yang melimpah dapat dimanfaatkan di bidang pertanian hidroponik. Salah satu kegiatan pertanian tersebut bagian program Kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh Dosen Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi), Dalam hal ini sebagai Ketua Abdul Rohman.,ST.,MT (Prodi Teknik Manufaktur kapal), Abdul Holik.,ST.P.M.Sc (Prodi Agribisnis) dan Herman Yuliandoko.,ST.,MT (Prodi Teknik Informatika).

Kegiatan yang dimulai dengan sosialisasi pada 15 Sebtember 2021 tersebut menggandeng Kelurahan Singonegaran.

“Sumber dana kegiatan tersebut dibiayai oleh DIPA 2021 Poliwangi” terang Abdul Rohman.

Lanjut papar Abdul Rohman secara panjang lebar, “bahwa kegiatan ini terdiri dari beberapa tahap kegiatan yakni sosialisasi, praktek dan monitoring. Pada tahap kegiatan sosialisasi, dilakukan dengan memberikan materi tentang potensi energi solar panel dan pentingnya pertanian dengan metode Hidroponik DFT”.

“Pemahaman energi terbarukan bagi warga merupakan wawasan baru sehingga warga lebih perhatian terhadap energi bersih (Green Clean). Selain dapat memahami sistem pertanian hidroponik, masyarakat juga memahami pentingnya memilih konsumsi sayuran untuk kebutuhan keluarga sendiri sekaligus potensi menjualnya jika jumlah panen yang berlebih”.

“Pada tahap praktik, warga peserta dapat mempraktekkan menyusun rangkaian saluran aliran air dengan menggunakan pipa PVC, baja ringan serta media pencampur nutrisi hal AB-mix. Kegiatan praktek ini juga membuat campuran nutrisi dari AB-mix menjadi cairan Nutrisi, mengukur PH air, mengukur ppm air. Ukuran ppm dalam aliran hidroponik penting untuk di jaga karena akan berpengaruh kepada masa pertumbuhan”.

“Secara umum ukuran ppm air tanaman hidroponik untuk sayuran 800-900 ppm dan jika tanaman buah sekitar 1100-1200 ppm, terang abdul rohman. Praktek pesemaian bibit diberikan kepada peserta agar menghasilkan bibit pesemaian yang baik dan siap tanam. Persemaian bibit ini menggunakan media tanam rockwoll”.

“Pada tahap monitoring adalah memberikan konsultasi atau pendampingan jika ada masalah terjadi yakni terkait tingkat pertumbuhan, campuran air sesuai kadar nutrisi yang di butuhkan, dan pengecakan instalasi kelistrikan Solar Panel”.

“Pendampingan dilakukan selama 2 bulan untuk memastikan proses perawatan tanaman hingga proses panen” Tutup Abdul Rohman.

Sementara Achmad Saichu selaku Kepala Kelurahan Singonegaran menyampaikan,

“Lingkungan warga Singonegaran dengan pemukiman padat penduduk sehingga lahan hijau sangat sedikit serta kondisi panas yang tinggi,” ungkapnya.

Achmad Saichu berharap warga dengan ketersediaan lahan yang sempit dapat melakukan pertanian urban farming sehingga dapat membantu warga mengonsumsi sayuran yang sehat dengan hasil budidaya sendiri. (*red).

Sumber Info :
Humas Poliwangi
Wahyu Naris Wari, S.T., M.T.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *