Kabaroposisi.net | BANYUWANGI – Adat ritual “Kebo-Keboan” Desa Alasmalang Kecamatan Singojuruh Kabupaten Banyuwangi, sudah dikenal masyarakat umum hingga manca negara. Namun akhir-akhir ini 3 tahun tidak pernah digelar lagi seremonial ritual “Kebo-Keboan” karena masa pandemi Covid-19.
Adat “Kebo-Keboan” Desa Alasmalang yang biasanya digelar setiap tanggal 10 Muharam (As Syuro) dengan meriah dan menyedot perhatian masyarakat banyak itu. Sudah 3 tahun ini termasuk kemarin Senin 8/8/2022 atau 10 Muharam 1444 H hanya dilakukan acara selamatan (tasyakuran) sederhana saja di perempatan Dusun Krajan Desa Alasmalang.
Pada saat acara selamatan berlangsung, tiba-tiba ada salah satu warga yang dikenali bernama Anton kesurupan dan berprilaku layaknya hewan Kerbau marah. Mengetahui kondisi tersebut warga yang lain memahami dan segera menghubungi tokoh setempat bernama Mbah Ribut yang diketahui sebagai “Pawang Ritual Adat Kebo-Keboan” Desa Alasmalang.
Sebagaimana dijelaskan oleh Mbah Ribut Selasa 9/8/2002 ketika diwawancarai di kediamannya, bahwa Anton yang kesurupan itu masih garis keturunan dari salah satu tokoh masyarakat Alasmalang yang sejak dulu sebagai pelaku adat ritual jadi “Kebo-Keboan”.
“Yang kesurupan itu karena masih ada garis keturunan, dulu orang tuanya tokoh pelaku adat ritual jadi Kebo-Keboan”, ucapnya pria tua usia sekira 80 tahunan itu.
Soal kenapa hanya Anton yang kesurupan, dijelaskan oleh Mbah Ribut, memang tidak semua orang bisa kesurupan kalau tidak dikenali oleh “Jin” yang menyusupinya. Karena Anton masih ada garis keturunan dari orang yang pernah dikenali dan disusupi oleh “Jin” tertentu maka Anton mudah disusupi.
Ketika Mbah Ribut komunikasi dengan Anton yang kesurupan, apa yang diminta atau disampaikan oleh “Jin” yang merasukinya. Mbah Ribut menjelaskan, tidak ada yang diminta hanya ingin tahu atau memastikan apakah sesajian yang disediakan di acara selamatan di perempatan jalan itu sudah cukup apa tidak. Setelah disampaikan oleh Mbah Ribut kepada makhluk astral yang menyusupi Anton, bahwa sesajian yang dibutuhkan sudah cukup, Anton pun meninggalkan lokasi selamatan dan dibawa oleh warga ramai-ramai ke sebuah persawahan (kedokan istilah Osing) yang sudah siap ditanami bibit padi.
Di lahan area persawahan siap ditanami (kedokan) itulah Anton yang kesurupan berprilaku layaknya hewan Kerbau sedang mengamuk guling-gulingkan tubuhnya di lumput (goyang istilah Osing). Sesekali Anton mengeluarkan suara “ueeek….ueeeek?…” mirip suara Kerbau teriak panggil-panggil temannya. Pungkas Mbah Ribut, selang beberapa menit kemudian Anton pun sadar seperti sedia kala.
Mbah Ribut berharap semoga penyakit corona disebutnya tidak ada lagi, sehingga tahun depan adat ritual “Kebo-Keboan” di Desa Alasmalang bisa digelar seperti sebelumnya. Yang paing menarik penyampaian Mbah Ribut, karena adat “Kebo-Keboan” di desanya pernah ke Jakarta dua kali diundang Presiden jamannya Bupati masih dijabat Purnomo Sidik dan Bupati Ir. Syamsul Hadi. (r35).