Segitunya Koordinator UPTD Puskesmas Singojuruh, Respon Saran Bupati Soal Penanganan Stunting

Kabaroposisi.net | BANYUWANGI – Informasi data stunting di bulan Oktober 2021 yang klaim bahwa anak Balita di wilayah Kecamatan Singojuruh tercatat kena kasus stunting sebanyak 190 anak, sepertinya membuat H. A. Kundori. S. Kep. Ners. Koordinator UPTD Pukskesmas Singojuruh Kabupaten Banyuwangi kerja keras.

Sebagaimana penah disampaikan kepada awak media di pemberitaan sebelumnya, menindaklanjuti informasi tersebut H. A. Kundori mengaku langsung lakukan verifikasi dan validasi data melalui para Kader Posyandu yang ada di Kecamatan Singojuruh. Yang mana setelah dilakukan verifikasi secara cermat ternyata Balita yang benar-benar stunting hanya sebanyak 116, yang selanjutnya dijadikan acuan dan prioritas penanganannya.

Sehingga pada sekira bulan Juni 2022 mengalami penurunan dari 116 menjadi 93, dan pada bulan berikutnya yakni hulan Juli 2022 terjadi penurunan kasusĀ  lagi dari 93 turun menjadi 81 kasus Balita stunting. Namun sepertinya Koordinator UPTD Puskesmas Singojuruh H. A. Kundori bukan tipe orang yang mudah puas terhadap apa yang sudah dilakukan meski ada hasil. Pasalnya H. A. Kundori tidak hanya menangami masalah yang ada, melainkan juga mencari tahu penyebab atau akar masalah, dengan harapan diketahui sumber masalah bisa ditentukan metode apa yang harus diambil untuk penanganan dan pencegahannya.

Dan sehubungan dengan syahwad kinerjanya dalam hal menangani stunting di Kecamatan Singojuruh, pantauan awak media selama ini kolaborasi dan sinerginya berjalan baik dengan Forpimka, PLKB, Pemdes, Kader Posyandu dst. Sebagaimana penyampaiannya saat ditemui awak media di tempat kerjanya Jumat 26/8/2022, H. A. Kundori mengatakan bahwa terkait penanganan stunting Tim dari Puskesmas Singojuruh menindaklanjuti 5 (lima) hal saran Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani yang harus dilakukan.

Yang mana 5 (lima) hal yang dimaksut kata H. A. Kundori ada pada sebutan nama Bupati Banyuwangi yaitu “BU IPUK” yang terjemahannya adalah huruf B = Bangun Kolaborasi dengan semua elemen, U = Upayakan secara maksimal, I = Identifikasi semua masalah, P = Perbaiki semua problem/masalah, UK = Ukur secara berkala. Dan dari ke 5 (lima) hal tersebut menurutnya sudah dilakukan secara maksimal, tidak hanya percayai data namun dilakukan identifikasi dan pendataan masalah by name bay dres ke setiap wilayah Dusun se Kecamatan Singojuruh.

Adapun dari hasil idendtifikasi yang dilakukan oleh Koordinator UPTD Puskesmas Singojuruh H. A. Kundori, S. Kep. Ners, tentang kenapa terjadi stunting pada anak balita di wilayah Kecamatan Singojuruh. Dilakukan pencatatan pada kasus per kasus yang selanjutnya disebut sebagai kronologis temuan masalah dilapangan yakni diantaranya : 1). Saat hamil, ibu melakukan ANC terpadu, melakukan persalinan di petugas kesehatan, ibu tidak mengkomsumsi FE 90 butir selama kehamilan, 2). Diberikan IMD, riwayat tidak ASI eksklusif, dan MP-ASI saat usia 6 bulan, 3). Imunisasi lengkap dan kunjungan ke Posyandu rutin, 4). Sering mengalami sakit seperti diare, ispa, serta tidak memiliki penyakit kronis, 5). Keluarga ada yang merokok., 6). Anak diasuh oleh nenek saat ibu bekerja, 7). Pola makan susah, 8). Sarana air bersih, memadai, cuci tangan tidak pakai sabun, tidak memiliki jamban.

Data terakhir disampaikan oleh H. A. Kundori, dari sebanyak 3115 Balita yang ada di wilayah Kecamatan Singojuruh, sebanyak 81 Balita kena stunting yang kalau diprosentase 2,6 %. Dan dengan adanya catatan kronologis masalah hasil indentifikasi, verifikasi, dan validasi data yang didapat, H. A. Kundori mengaku punya gambaran langgkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk menangani stunting meski tidak bisa 100 % bisa tuntas. (r35).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *