KABAROPOSISI NET.|BANYUWANGI – Lagi-lagi pengelola PERTASHOP di Banyuwangi keluhkan dampak kenaikan harga BBM. Diketahui bahwa sejak diumumkannya kenaikan harga beberapa jenis BBM oleh Pemerintah pada Tanggal 3 September 2022 gelombang gejolak penolakan terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.
Hal itu terjadi karena seperti yang banyak disuarakan dampak dari kenaikan harga BBM jadi pemicu naiknya harga barang barang dan jasa yang lainnya. Bahkan bisa jadi berdampak berkurangnya konsumen tertentu karena beralih selera konsumsi pada yang lain akibat menurunnya daya beli. Kondisi seperti ini dirasakan oleh pengelola PERTASHOP di Banyuwangi salah satunya Juntoyo pemilik usaha PERTASHOP di wilayah Kaligung.
Juntoyo mengaku omsetnya terjun bebas mengalami penurunan kurang lebih 80 % yang kemudian disebutnya dengan istilah “mati suri mas”. Hal tersebut terjadi kata Juntoyo karena selisih harga yang terlalu jauh antara Pertalite dengan Pertamax yaitu senilai Rp. 4.500 (Empat Ribu Lima Ratus Rupiah).
“Karena harga mas, selisih 4.500 terlalu jauh, di SPBU saja perbandingan antrian Pertalite sampai 100 motor yang antri beli Pertamax hanya 2 motor, padahal itu di SPBU jalur Provinsi, apa lagi kita yang di desa, makanya dalam hati saya gembor-gembor minta ke Pemerintah migrasi dari Pertamax ke Pertalite, sampek sekarang belum terjawab”, ujar Juntoyo sembari ratapi nasib usahanya yang bisa dibilang terancam gulung tikar itu.
Hal yang sama disampaikan oleh sesama pelaku usaha PERTASHOP berinisial “HT”, konsumen lumayan ramai sebelum kenaikan harga BBM karena masih terjangkau harganya. Tetapi setelah kenaikan harga BBM konsumen yang biasanya beli Pertamax beralih pada Pertalite, karena kekuatan daya beli yang dulu bisa untuk beli Pertamax sekarang hanya cukup untuk beli Pertalite. Harapan yang sama disampaikan oleh “HT”, kalau bisa PERTAAHOP diberi kelonggaran untuk boleh menjual BBM jenis Pertalite. (r35).