Deteksi Dini dan Pemeriksaan Kanker Payudara di Instalasi Laboratorium Patologi Anatomi RSUD Kab Jombang

Kabaroposisi.net | Jombang – Mendeteksi dini merupakan langkah penting dalam mengantisipasi penyakit kanker payudara. Dalam program talk show yang diselenggarakan Humas RSUD Jombang, dr Agung Dwi Suprayitno, Sp.PA menerangkan secara jelas tentang kanker payudara dan pemeriksaannya dalam talk show tersebut menyapa.

Disampaikan tumor itu benjolan bisa suatu, keradangan, tumor yang jinak dan tumor yang ganas atau disebut juga kanker, disebut ganas karena pertumbuhan sel-sel yang abnormal yang bentuk dan sifatnya berbeda dari sel normal yang disebabkan karena faktor genetik .

dr Agung Dwi Suprayitno, Sp.PA menjelaskan penyakit kanker payudara ini kasus terbanyak no 2 setelah kanker mulut rahim.kasus baru kanker payudara di Indonesia ada sekitar 68.858(16,6) dari total 396.914 dan jumlah kematian sekitar lebih dari 22 ribu jiwa ditahun 2020 di Indonesia.

” Terbanyak stadium 3 dan 4 sekitar 60%- 70 %, stadium 1< dari 10 %,penyebab belum diketahui sebagian besar herediter,” terangnya.

dr Agung Dwi Suprayitno, Sp.PA menjelaskan kebanyakan penderita kanker payudara pada umumnya wanita dengan resiko tinggi usia dikisaran 35 tahun dengan riwayat keluarga kanker payudara,tidak menikah, melahirkan usia lebih dari 35 tahun, pernah menderita kanker payudara dan obesitas.

Menurutnya, sebaiknya masyarakat mengetahui secara dini benjolan tersebut,agar lebih cepat penatalaksanaannya

Berikut adalah ciri ciri antara tumor ganas/kanker dengan tumor jinak.  Tumor jinak pertumbuhanya pelan, batasnya jelas, dan tidak menyebar merupakan tanda tanda tumor jinak.

Sebaliknya pada tumor ganas atau kanker adalah tumbuh cepat, batas tumor kadang sulit dibedakan dan Kulit sekitar tumor seperti Kulit jeruk karena kemampuan infiltrasi dan menimbulkan rasa nyeri, serta memiliki kemampuan menyebar ke tempat yg dekat hingga jauh lewat darah dan jaringan kelenjar getah bening. Kanker payudara bisa menyebar ke otak, paru, liver bahkan tulan

“Dengan pemeriksaan mikroskopis dengan mikroskop akan tampak bentukan morfologi sel-sel Tumor jinak dan masih bisa melihat sel normal sedang sel sel kanker sudah berbeda susunan selnya.

dr Agung Dwi Suprayitno, Sp.PA menyarankan “segera periksakan ke rumah sakit bila ada benjolan di daerah payudara,

Adapun cara pencegahan dini kanker payudara menurut dr Agung Dwi Suprayitno, Sp.PA adalah sebagai berikut: “Pola hidup sehat, jadi harus makan sehat yang berimbang, istirahat yg cukup, olah raga yg teratur.

Pencegahan selanjutnya sedini mungkin kepada wanita usia subur – satu bulan sekali dianjurkan melakukan pemeriksaan payudara sendiri ( SARARI / SADARI ) , untuk pemilihan waktunya bisa sehari 2 kali, 1 minggu sekali atau satu minggu setelah menstruasi karena setelah menstruasi kontur dan kepadatan payudara itu paling lunak, kalau menjelang menstruasi kontur kepadatannya paling keras,”

“Cara pemeriksaan ada dua posisi, pertama pada posisi berdiri dan posisi tidur, kalau berdiri setelah mandi didepan kaca tangan diangkat salah satu tangan yang lain meraba memakai jari yang dua, tiga dan empat, caranya pemeriksaan dari atas ke bawah, bawah ke atas, kedua bisa juga cara memutar seperti arah jarum jam, cara ketiga dari pinggir ke tengah, kenapa seperti itu? Agar menghindari bagian yang tidak teraba.”

“Posisi peneriksaan yang kedua dengan posisi tidur, karena pada posisi tidur itu nyaman ototnya tidak teregang diraba sendiri. Jika pada pemeriksaan sadari ditemukan sesuatu benjolan yang mencurigakan untuk memastikanya lalukan pemeriksaan di poli Bedah RSUD Jombang, Dari polo Bedah akan direkomendasikan ke poli FNAB lab patologi anatomi ,” jelasnya.

RSUD Jombang mempunyai pelayanan unggulan dalam penanganan penyakit kanker payudara. Dengan memiliki fasilitas diagnostik yang lengkap agar pasien tidak menunggu terlalu lama, pemeriksaan tersebut yaitu pemeriksaan imunohistokimia

“Pemeriksaan kasus kanker khususnya kanker payudara di RSUD Jombang makin canggih Dari pemeriksaan awal yaitu FNAB Hingga lanjuran untuk mengetahui penegakkan diagnosis, terapi lanjutan dan tingkat prevalensi, yaitu imunohistokimia.(sap)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *