Kades Macan Putih, “Kami Tetap Pertahankan Budaya Perayaan Maulid Nabi Dan Tradisi Geredoan”, Ini Alasannya

Kabaroposisi.net.|BANYUWANGI – Masyarakat muslim di Banyuwangi dalam memperingati dan merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad Saw yang jatuh pada bulan Rabiul Awwal beragam cara. Pasalnya menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bila bisa merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad Saw atau yang bersebutan lain peringatan Maulid Nabi itu.

Satu contoh perayaan Maulid Nabi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Macan Putih Kecamatan Kabat, sudah sejak dulu terkenal kemeriahannya. Biasanya gong perayaan secara besar-besaran di Macan Putih dilaksanakan di akhir-akhir bulan Rabiul Awwal. Namun di tanggal 12 Rabiul Awwal masyarakat Macan Putih tetap sama seperti masyarakat Desa lainnya adakan kegiatan selamatan tasyakuran dan pembacaan Kitab Berjanji (Asrokol).

Bacaan Lainnya

Bicara soal perayaan Maulid Nabi di Macan Putih ada satu hal yang menarik yaitu adanya tradisi “Geredoan”. Sudah umum bagi masyarakat di Banyuwangi bahwa tradisi “Geredoan” melekat dengan kegiatan perayaan Maulid Nabi di Desa Macan Putih. Geredoan menurut masyarakat Macan Putih adalah ajang untuk mencari jodoh, yang mana jadi awal pertemuan antara pria dan wanita lajang untuk membangun hubungan sampai ke jenjang perjodohan.

Untuk lebih jelasnya tentang tradisi “Geredoan” tersebut awak media korek keterangan dari M. Farid Kepala Desa Macan Putih. Dalam penyampaiannya Kades Macan Putih awali dengan mengatakan bahwa hari ini Sabtu 14/10/2023 atau 28 Rabiul Awwal 1446 H ada kegiatan perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. Jelasnya, kegiatan tersebut sudah sejak dulu dilakukan oleh masyarakat Macan Putih.

“Hari ini tepatnya nanti malam kami bersama masyarakat Macan Putih ada kegiatan perayaan mengenang kelahiran Nabi Muhammad Saw. Tradisi ini dari sejak dulu sudah dilakukan oleh para pendahulu kami, dan kami sebagai generasi penerusnya nguri-nguri kebiasaan yang menurut kami punya nilai manfaat ini. Ini adalah wujud kecintaan kami kepada Nabi Muhammad Saw, dan ungkapan rasa syukur kami kepada Allah Swt yang telah berikan kami sebuah kehidupan di masa kenabian Nabi Muhammad Saw yang Rahmatan Lil Alamin itu”, ungkap Kades Farid.

Berikut awak media sentil soal tradisi “Geredoan” Macan Putih  yang melekat dengan kegiatan perayaan Maulid Nabi setahun sekali itu. Awak media sekilas meminta Kades Macan Putih M. Farid untuk menjelaskan apa yang diketahuinya tentang tradisi “Geredoan”. Meski tidak secara detail layaknya budayawan, M. Farid memberikan penjelasan tentang tradisi “Geredoan” secara garis bearnya saja.

“Yang saya pahami tradisi Geredoan di Macan Putih ini adalah ajang mencari jodoh muda mudi jaman dulu. Hal itu terjadi atau dilakukan satu hari sebelum hari H perayaan Maulid Nabi. Yang mana masyarakat saat sibuk memasak atau saat olah-olah kata bahasa keseharian kami, banyak sanak saudara dari luar desa yang berkunjung. Dan mereka biasanya diikuti oleh anak-anaknya, saudara, dan keponakannya baik perempuan maupun laki-laki. Dan anak-anak mereka secara kebetulan ada yang saling lempar pandangan, berkenalan, ada ketertarikan jalin hubungan. Maka bangunan komunikasi itulah nanti akan sampai pada orang tua masing-masing selanjutnya terbangunlah perjodohan”, papar M. Farid Kades Macan Putih.

Ditambahkan oleh M. Farid, tradisi “Geredoan” di Macan Putih yang bersamaan dengan perayaan Maulid Nabi itu, sebenarnya bisa jadi edukasi moral bagi masyarakat juga anak-anak muda.

“Menurut pendapat saya pribadi tradisi Geredoan Macan Putih bisa jadi pesan moral bagi masyarakat juga anak muda-mudi. Tradisi Geredoan adalah cara anak muda-mudi jaman dulu mencari jodoh tidak mengabaikan etika dan moral. Komunikasi dan hubungan asmara yang dibangun tidak grusa-grusu dan diketahui oleh orang tua masing-masing. Setelah keduanya dipastikan saling suka satu sama lainnya dan dapat restu orang tua maka perjodohan dilangsungkan. Oleh karena itu kami bersama masyarakat tetap mempertahankan atau nguri-nguri budaya perayaan Maulid Nabi dengan cara seperti ini juga tradisi Geredoan. Harapannya adalah mengedukasi masyarakat dan anak muda-mudi Macan Putih untuk lebih dekat kepada Allah Swt dengan mencintai Rosulnya yaitu Nabi Muhammad Saw. Dan tradisi Geredoan jadi pesan moral agar anak-anak kami agar lebih hati-hati dalam hal menjalin hubungan mencari jodoh. Kemajuan tehnologi yang luar biasa ini, kita sebagai orang tua hendaknya lebih hati-hati dan kontrol pada prilaku anak-anak kita demi kebaikan dan masa depannya”, urainya.

Tak hanya itu demi memulyakan Nabi Muhammad Saw. masyarakat Desa Macan Putih pada Tanggal 16 Oktober hari Senin (Malam Selasa) di Lapangan Dusun Krajan. Akan digelar Sholawatan yang disebutnya dengan acara Malam Cinta Rosul. Dihadirkan sebagai bintang tamu diantaranya Gus Azmi Askandar, Gus Hasbi Askandar bersama Majelis Sholawat An-Najwa

Diakhir penyampaiannya M. Farid selaku Kepala Desa Macan Putih, menyampaikan harapannya yaitu berharap moment perayaaan Maulid Nabi itu berbuah manfaat bagi dirinya juga masyarakatnya. Yaitu meski tidak semuanya bisa dilakukan, minimal ada beberapa hal yang bisa ditauladani dari Nabi Muhammad Saw. (r35).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *