Kabaroposisi.net.|BANYUWANGI – Sudah lama sebenarnya kecurigaan masyarakat terutama konsumen wilayah Kecamatan Songgon dan sekitarnya. Ada sebuah SPBU yang beroperasi hanya 1 hari pada saat ada pengiriman/pengisian BBM dari Pertamina. Setelahnya beberapa hari tidak beroperasi karena stok BBM nya habis dalam 1 hari itu.
Kabar yang beredar, habisnya stok BBM jenis Pertalite di SPBU 55.684.41 Songgon diduga diborong tengkulak (Pengecer) bukan karena melayani kebutuhan konsumen. Modus yang digunakan para tengkulak (Pengecer) beli BBM jenis Pertalite di SPBU menggunakan jasa Pengangsu dengan Sepeda Motor jenis Thunder, Tiger, dan sejenisnya yang ukuran tangkinya besar-besar bahkan ada yang dimodifikasi agar bisa lebih banyak isi liternya. Tak heran bila stok BBM dari PERTAMINA ke SPBU Songgon 8000 Liter, dalam hitungan jam ludes.
Pantauam media Minggu 17/3/2024 mereka (Pengangsu dan Pengecer) seolah ada yang komando kompak masuk ke SPBU dilayani oleh operator (anak pompa) tertentu. Setelah itu mereka menuju ke sebuah tempat yang mana selanjutnya BBM disedot dari tangki sepeda motor dipindahkan ke Jerigen/Kempleng. Usai memindahkan BBM, mereka berkali-kali kembali ke SPBU isi tangki sepeda motornya dan lakukan hal yang sama yaitu memindahkan BBM ke Jerigen di tempat tertentu.
Lantaran hal tersebut, konsumen umum harus mengantri lama di SPBU, bahkan ada yang balik kanan karena operator (anak pompa) sibuk melayani para jasa Pengangsu dan Tengkulak (Pengecer). Pasalnya, SPBU 55.684.41 Songgon dalam beberapa waktu ini diketahui masyarakat beroperasi terkesan hanya melayani Tengkulak (Pengecer) untuk dijual kembali dengan harga lebih tinggi, bukan melayani konsumen umum.
Seseorang yang mengaku sebagai pendana di SPBU Songgon, dikonfirmasi melalui saluran WhatsApp-nya terkait ijin-ijinnya Senin 18/3/2024. Kepada awak media menjelaskan, “ijin-ijinnya komplit, mana mungkin bisa DO (Delivery Order) kalau tidak komplit ijinnya, dipikir lah”, jawabnya setengah kesal.
Kenapa awak media pertanyakan soal ijin, karena SPBU Songgon pernah fakum beberapa kali, tahu-tahu beroperasi lagi. Sementara seseorang inisial yang diketahui katanya selaku Pengawas SPBU 55.684.41 Songgon dikonfirmasi melalui saluran WhatsApp-nya sampai dilansirnya berita ini belum memberikan keterangannya.
H. Ach. Nur Chaffaf alias H. Timbul selaku pemerhati konsumen BBM kepada awak media menyampaikan tanggapannya atas pola kerja pendistribusian BBM SPBU Songgon itu.
“Pemerintah melalui Pertamina Patra Niaga dan BPH Migas lagi menggalakan program subsidi tepat sasaran di bidang Migas.Terutama Solar dan Pertalite sebagai BBM JBKP. Pertalite bisa didapatkan di SPBU hanya untuk konsumsi pribadi dilarang untuk dijual kembali. Jadi SPBU harusnya melayani konsumen juga harus jeli membedakan mana konsumen pribadi dan mana konsumen yang tengkulak atau pengecer. Karena bila mana di SPBU stok habis namun di pedagang eceran melimpah ini juga memberatkan bagi warga yang berhak menerima BBM subsidi karena harus beli dengan harga lebih tinggi dari HET. Operator pasti tahu siapa yang bolak-balik masuk ngisi BBM ke SPBU nya, sudah tahu kok dibiarkan ada apa, jangan-jangan sudah main mata “, tanggapannya.
Sementara Hendik Keriwul Aktivis yang juga salah satu tokoh masyarakat Songgon mengatakan. Sudah marak modus pembelian BBM bersubsidi jenis Pertalite, menggunakan kendaraan mobil, sepeda motor Thunder dan sejenisnya oleh pengecer.
“Sudah marak adanya modus pembelian BBM jenis Pertalite menggunakan mobil, sepeda motor Thunder dan sejenisnya. Mereka adalah pengecer kios-kios kecil, ulahnya meresahkan dan merugikan masyarakat konsumen umum, yang tidak kebagian BBM Pertalite karena dimonopoli Pengecer. Saya menduga mereka ada kerjasama dengan Operator dan Pengawas SPBU. Keberadaan SPBU yang mestinya jadi kepanjangan tangan Pertamina melayani masyarakat, ini justru jadi lahan bisnis pihak tertentu tidak sesuai keperuntukannya. Demi membela hak masyarakat kalau cara-cara itu masih diteruskan, saya akan laporkan bahwa ada konspirasi merampas hak warga negara menikmati BBM bersubsidi dari Pemerintah”, respon Hendik Keriwul tidak terima tindakan pihak SPBU dan Tengkulak/Pengecer BBM (r35).