Berkostum Ala Raja-Raja Blambangan, Grebeg Kupat Sewu Kades Singolatren, Kenang Sejarah Kraton Wijenan

Oplus_0

Kabaroposisi.net.|BANYUWANGI – Tepat pada Idul Fitri hari ke – 7 Syawal 1445 H atau Selasa 16 April 2024 M, masyarakat Dusun Wijenan Lor Desa Singolatren Kecamatan Singojuruh Kabupaten Banyuwangi. Gelar acara tahunan yaitu tradisi relegi bersebutan “Grebeg Kupat Sewu”, yang sebelumnya didahului dengan kegiatan ritual keagamaan (selamatan) Kupatan, dan Halal Bi Halal.

Hadir dan terlibat pada gong acara ” Grebeg Kupat Sewu ” diantaranya Apandi (Kepala Desa Singolatren) beserta seluruh Perangkat Desanya, unsur Forpimka Singojuruh Drs. Anas Sugiarto ( Plt. Camat Singojuruh ) didampingi beberapa stafnya, Danramil 0825/13 Singojuruh diwakili Sertu Ahmad Nizar (Babinsa Singolatren). Beda dengan tahun sebelumnya, Kades Apandi kali ini tidak hadir hanya formalitas sebagai orang Pemerintahan saja. Melainkan memilih terlibat langsung ikut Kirab Kupat Sewu beserta jajarannya.

Bacaan Lainnya

Tak hanya itu, demi menyemangati warganya Apandi ikut kirab menaiki Kuda Putih dengan kostum ala Raja-Raja Blambangan, dengan alasan napak tilas atau mengenang sejarah keberadaan Kraton Wijenan setelah Kraton Macan Putih mengalami kehancuran karena terjadi perang saudara sepeninggalnnya Prabu Tawangalun pada sekira tahun 1691. Yang mana konon cerita sejarah yang berkembang Kraton Macan Putih dipindahkan ke Wijenan pada sekira tahun 1700 an.

Pada resepsi upacara pelepasan Kirab Kupat Sewu, Kades Apandi dalam sambutannya mengakui bahwa kegiatan tradisi relegi ” Grebeg Kupat Sewu “. Yang dilaksanakan oleh masyarakat Dusun Wijenan Lor, mengangkat dan membawa harum nama Pemerintahan Desa Singolatren juga Pemerintah Kecamatan Singojuruh. Dan tentu juga kata Apandi, menambah perbendaharaan keberadaan wisata budaya relegi di Kabupaten Banyuwangi. Oleh karena itu, Kades Apandi mengaku sangat mendukung dan akan membantu anggaran pada kegiatan tahunan tradisi ” Grebeg Kupat Sewu ” Dusun Wijenan Lor.

Sekilas Kades Apandi singgung soal nama kegiatan ” Grebeg Kupat Sewu “. Yang mana dijelaskan bahwa sebutan ” Kupat Sewu ” bukan asal atau bukan seledar sebutan, tapi mengandung makna.

” Kita ini dalam kehidupan sehari sering melakukan kesalahan atau dengan kata lain terlalu banyak kesalahan. Kupat singkatan dari kata “ngaku lepat” atau ngaku salah. Sudah jadi kebiasaan kita orang Banyuwangi karena terlalu banyaknya kesalahan bila meminta maaf di hari lebaran mengatakan “ngaturaken sewu kalepatan”. Sehingga disebutlah kegiatan ini dengan nama Grebeg Kupat Sewu”, ungkapnya.

Sementara Plt. Camat Singojuruh Drs. Anas Sugiarto awali sambutannya karena masih dalam suasana Idul Fitri, atas nama Pemerintahan Kecamatan menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat. Selanjutnya Anas selaku Plt. Camat mengapresiasi terhadap inisiatip masyarakat Dusun Wijenan Lor mengadakan kegiatan trsidisi relegi Kupat Sewu. Anas juga berharap kegiatan berikutnya bisa digelar lebih baik lagi agar ke depan tradisi Grebeg Kupat Sewu bisa jadi detinasi wisata budaya relegi Kabupaten Banyuwangi.

Kirab Kupat Sewu dilepas oleh Drs. Anas Sugiarto (Plt. Camat Singojuruh) tepat di gerbang Masjid Baiturrohman Wijenan Lor, takbir pun berkumandang. Ratusan masyarakat laki perempuan memikil ekrak berisi Ketupat kawal gunungan Kupat Sewu. Kirab Kupat Sewu menjadi semakin meriah dengan suara instrumen 4 perangkat musik tradisional Kuntulan dan Drumband Lansia. Turut menikmati meriahnya Kirab Kupat Sewu, para pengguna jalan dengan senang hati minta diberi Ketupat Leped yang dibawa oleh masyarakat sepanjang rute Kirab. (r35).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *