Kabaroposisi.net | Blora – Audiensi Pengurus DPC Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Kabupaten Blora, terkait polemik harga tebu dan pola kemitraan dengan PT Gendhis Multi Manis Badan Urusan Logistik (PT GMM Bulog) Blora diterima DPRD Blora. PT GMM Bulog menegaskan pihaknya akan terus menaikkan harga beli tebu petani tebu Blora.
Membuka audensi Yuyus Waluyo Ketua Komisi B DPRD Blora mempersilahkan kedua belah pihak untuk menyampaikan materi audensi agar bisa ditanggapi oleh kedua belah pihak. “Sampaikan semuanya secara terbuka apa yang menjadi keresahan para petani tebu di Blora saat ini,” pinta Yuyus. Diruang pertemuan DPRD Blora 22/05/2024
Dalam kesempatan tersebut Sunoto meminta harga pembelian tebu petani terus dievaluasi sesuai dengan perkembangan nilai rendemen tebu yang dihasilkan dan kebijakan pemerintah tentang harga gula di pasaran. “Saya apresiasi atas kehadiran Direktur Operasional PT GMM Blora yang mewakili Direktur Utama bersama jajaran, dan saya apresiasi juga atas kenaikan harga beli tebu petani yang naik dua kali dalam seminggu,” kata Sunoto.
Kenaikan itu yakni yang awalnya Rp67.000/Kw berubah jadi Rp70.000/Kw tebu lokal dan Rp72.000/kw tebu luar Blora, kemudian perubahan kedua menjadi Rp72.000/kw tebu lokal dan Rp74.000/kw tebu luar Blora.
“Dari Rp67.000/kw menjadi Rp72.000/kw Sehingga perubahan harga tebu lokal menjadi Rp5.000/kw,” terangnya.
Imbuh Ketua DPC APTRI Blora Sunoto menekankan supaya pelaksanaan Forum Temu Kemitraan (FTK) di PT GMM Bulog diintensifkan dan ditingkatkan kualitasnya untuk menyampaikan informasi, motivasi, solusi serta merumuskan dan memutuskan kebijakan harga tiap periode giling tebu.
“Kemitraan yang diwujudkan, saling memberi manfaat, saling melengkapi dan saling menguntungkan. Ono rembug pada dirembug,” tuturnya.
Sementara itu dalam audensi tersebut Krisna juga menyatakan siap bersinergi dalam penetapan harga tebu melalui Forum Temu Kemitraan dengan Pengurus APTRI Blora. Ia berharap kerja sama ke depannya akan lebih baik lagi dengan tingkatkan komunikasi dan sinergi. “Untuk kesejahteraan petani, kami siap,” tegas Krisna Murtiyanto.
“Dengan mempertimbangkan masukan dari berbagai pihak, termasuk dari APTRI, serta mengikuti perkembangan harga dari pabrik gula pabrik gula lain, maka kenaikan terus kami lakukan,” kata Direktur Operasional PT GMM Blora Krisna Murtiyanto di ruang rapat DPRD
Krisna menjelaskan alasan penetapan harga beli tebu petani berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Perkebunan, tertanggal 3 Mei 2024, yang menetapkan harga beli tebu petani dengan harga Rp67.000/kw dengan rendemen di bawah 7 persen.
Sekretaris APTRI Blora Anton Sudibyo menambahkan kerusakan mesin giling dalam musim giling 2024 diminta dapat disikapi dan diantisipasi agar kelancaran proses penggilingan tebu tetap terjaga.
Selain itu disarankan dinas teknis terkait dan PT GMM Bulog agar bisa mendata kembali realita luas areal tebu di Kabupaten Blora sehingga dapat diketahui mana bahan baku tebu yang dari dalam maupun dari luar Kabupaten Blora. (GaS)