Kabaroposisi.net | Kediri – Jeritan pilu dan rasa panik menyelimuti Desa Petungroto, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, sore. Hujan deras yang mengguyur sejak pukul 16.00 WIB mendadak mengubah suasana menjadi mencekam. Tanah mulai bergerak, air meluap deras dari perbukitan, dan dalam sekejap,jalan longsor dan lima rumah warga mengalami kerusakan, satu di antaranya hancur total.16/05/2025
Tangis pecah saat rumah Bu Painem (75), warga RT09 /RW 02, tertimbun dengan tanah. Di usia senjanya, beliau hanya bisa berdiri terpaku menyaksikan tempat tinggalnya berubah menjadi puing. “Saya nggak tahu harus tinggal di mana sekarang,” ucapnya lirih, masih gemetar. Tidak ada korban jiwa, tapi trauma yang ditinggalkan sangat dalam bagi keluarga dan warga sekitar.
Sementara itu, rumah milik Yatiman (42), Nasian (50), Agus (40), dan Yono (70) juga mengalami kerusakan berat. Tembok rumah mereka jebol diterjang longsoran tanah dan air hujan. Air bercampur lumpur masuk ke dalam rumah, membawa serta batu dan potongan kayu. Anak-anak menangis, orang tua sibuk menyelamatkan barang-barang seadanya.
Tak hanya Petungroto, bencana juga menerjang Dusun Beruk dan Tp. Pelem, Desa Ngetrep. Sekitar pukul 10.30 WIB, hujan lebat mengguyur deras, memicu longsoran di beberapa titik. Jalan utama menuju dusun itu ambles, terputus total, membuat warga terisolasi dan bingung harus lewat mana. Mereka tidak bisa keluar untuk bekerja, sekolah, atau bahkan mencari bantuan.
Bu Maria, seorang kader posyandu di Desa Pamongan, juga menjadi korban. Rumahnya yang berada di RT 6 RW 3 dihantam longsoran hingga tembok bagian samping jebol. Ia hanya bisa menggendong anaknya dan lari keluar rumah ketika mendengar suara gemuruh. “Saya kira suara petir, ternyata tanah sudah longsor ke arah rumah,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Meski tak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, ketakutan masih menyelimuti warga. Mereka cemas longsor susulan bisa terjadi sewaktu-waktu. Tanah di sekitar lokasi masih labil, hujan masih turun sesekali, dan suara retakan tanah masih terdengar di beberapa titik. Anak-anak mulai tidur di ruang tamu, dekat pintu, untuk berjaga-jaga jika harus lari di tengah malam.
Pemerintah daerah bergerak cepat. Pos kesehatan darurat didirikan di tiga lokasi terdampak, dengan satu bidan desa di tiap tempat untuk memberikan pertolongan pertama. Namun keterbatasan alat dan tenaga membuat pelayanan belum maksimal. Warga berharap segera ada bantuan logistik, tempat tinggal sementara, dan alat berat untuk membersihkan jalan yang tertimbun longsoran.
“Ini bukan cuma soal rumah rusak,” kata Pak Nasian, yang rumahnya juga terdampak. “Ini tentang rasa aman yang hilang. Kami nggak berani tidur tenang lagi. Kami takut.” Ungkapan itu mencerminkan perasaan ratusan warga yang saat ini hidup dalam kecemasan dan ketidakpastian.
Kini, masyarakat khususnya desa petungroto dan pamongan Kecamatan Mojo hanya bisa berharap langit segera cerah dan bantuan datang dengan cepat. Mereka menanti uluran tangan, bukan hanya untuk memperbaiki rumah mereka, tapi juga untuk memulihkan semangat dan harapan yang terkubur bersama longsoran Tanah.(Uli)