Kabaroposisi.net.|BANYUWANGI – Pada setiap pergantian tahun baru Islam, umat muslim khususnya di tanah Jawa, sudah jadi tradisi menggelar selamatan Baritan. Di Banyuwangi tradisi Baritan diadakan pada malam 1 Suro (Tahun Baru Islam), sebagai bentuk rasa syukur dan permohonan keselamatan kepada Allah Swt. Hal tersebut juga berkaitan dengan sejarah masyarakat setempat dan juga kepercayaan mereka terhadap kekuatan alam dan spiritual.
Tak ubahnya umat muslim yang lainnya, masyarakat Dusun Wijenan Lor Desa Singolatren Kecamatan Singojuruh, hari ini Kamis 26 Juni 2025. Melaksanakan kegiatan selamatan Baritan dalam rangka sambut 1 Muharam 1447 H, di jalan tengah lingkungan dusunnya. Tak hanya itu, menjadi penanda perayaan menyambut 1 Muharam yang lebih dikenali dengan sebutan bulan Suro itu. Sudah secara turun temurun masyarakat membuat makanan olahan khusus yaitu “Jenang Suro”.
Dilansir dari beberapa sumber “Jenang Suro” atau “Bubur Asyura”, adalah hidangan tradisional yang memiliki akar sejarah yang kuat, terutama dalam budaya Jawa dan Islam. Pembuatan Jenang Suro juga dikaitkan dengan peristiwa penting dalam sejarah agama Islam, yaitu selamatnya Nabi Nuh dari banjir besar. Yang mana dikisahkan, setelah banjir surut, sisa-sisa perbekalan di kapal Nabi Nuh dikumpulkan dan dimasak menjadi bubur sebagai rasa syukur atas keselamatan.
Pendapat lain menjelaskan bahwa “Jenang Suro” bukan hanya sekadar hidangan pemuas selera makan, akan tetapi menjadi simbol kebersamaan, kerukunan dan silaturahmi. Karena sudah jadi tradisi, masyarakat muslim Dusun Wijejan Lor dalam membuat hidangan “Jenang Suro”, bergotong royong (patungan). Berkumpul dan memasak bersama di salah satu tempat bahu membahu dan berbagi bubur (Jenang) pererat tali silaturrahmi di lingkungannya
Kepala Dusun Wijenan Lor Sulaimi pada kesempatan tersebut, berharap kepada warganya agar prilaku kehidupan selanjutnya lebih baik dari yang sebelumnya. Sulaimi juga menyampaikan, untuk kegiatan selamatan Baritan yang akan datang dilaksanakan lebih meriah lagi. Pasalnya, Kadus Sulaimi berharap selamatan Baritan tidak hanya jadi tradisi tahunan, namun hendaknya bisa jadi kesempatan untuk berubah lebih baik.
Ustad Mangsur selaku Ketua Takmir, sebelum memimpin tahlil dan doa bersama, sekilas menyampaikan tauziah singkat. Dikatakannya bahwa manusia yang beruntung adalah mereka yang prilaku dan kehidupannya berubah lebih dari yang sebelumnya.
“Kalau di tahun-tahun sebelumnya ibadah kita kepada Allah Swt kurang baik, di momen sambut tahun baru Islam ini. Mari kita berdoa bersama kepada Allah Swt, memohon ampunan atas dosa-dosa kita tahun lalu, dan meminta agar di tahun berikutnya dikuatkan ibadahnya. Karena setiap lelaku di dunia ini tidak lepas dari kehendak Allah Swt”, tutupnya.
Selanjutnya Ustad Mangsur pimpin ritual selamatan Baritan dengan pembacaan tahlil, diteruskan dengan membaca doa akhir tahun. (r35).