Steve Mara Mengingatkan Pemerintah Tentang Bahaya Konflik Sosial Ditengah Wabah COVID-19

Steve Rick Elson Mara, SH., M.Han.

REDAKSI Kabaroposisi.net, – Indonesia memiliki posisi sangat strategis di kawasan dengan jumlah penduduk yang sangat padat. hal ini telah melahirkan banyak ancaman tantangan hambatan dan gangguan (ATHG) yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Ancaman lingkungan strategis Indonesia dapat berupa ancaman militer dan nir-militer dan dapat dilakukan oleh sebuah negara dan kelompok oganisasi yang berada didalam sebuah negara. hal ini tentunya akan mempengaruhi sistem pertahanan yang dimiliki negara. sistem pertahanan Indonesia disusun berdasarkan kondisi geografis, politik dalam dan luar negeri, kebudayaan, keadaan ekonomi, kondisi negara sertaa spektrum ancaman lain seperti ancaman bencana alam atau non alam. Sifat dasar dari setiap ancaman tentunya akan mengganggu eksistensi dan kedaulatan dari bangsa Indonesia.

Spektrum ancaman non-militer saat ini menjadi ancaman serius, ancaman non-militer ini menjadi salah satu ancaman nyata yang dihadapi Indonesia. Salah satu ancaman nyata tersebut adalah sebuah wabah yang berasal dari negara China dan saat ini telah merambak keseluruh dunia. Pemerintah RI secara resmi telah menetapkan Covid-19 sebagai bencana nasional yang artinya Indonesia dalam kondiri darurat. Kedaruratan tersebut secara langsung mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara. Level kedaruratan ini dibuktikan dengan statement presiden RI bahwa Indonesia darurat Covid-19, dampak pandemi ini juga telah memperlambat ekonomi dunia secara masif dan signifikan, termasuk terhadap perekonomian Indonesia sehingga butuh kerja ekstra bagi para menteri untuk membuat kebijakan tepat guna.

Bacaan Lainnya

Disisi lain, ada potensi konflik dalam negeri yang mungkin bisa saja terjadi di Indonesia yang harus diperhatikan oleh pemerintah pusat dan daerah. Pontensi konflik yang dapat terjadi yaitu konflik sosial antara masyarakat dan masyarakat maupun antara masyarakat dan pemerintah.
Dalam Teori kebutuhan dasar manusia milik Abraham Maslow, bahwa ada 5 kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi agar tidak terjadi konflik. Teori yang dikembangkan Abraham Maslow ini dinamakan Teori Hierarki kebutuhan dasar manusia. Teori ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Pemenuhan kebutuhan dasar ini di bagi mejadi beberapa tingkatan tertentu, yaitu kebutuhan : Fisiologis, keamanan, rasa cinta, harga diri, dan aktulisasi diri.

Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia, antara lain : kebutuhan oksigen, cairan (minuman), nutrisi(makanan), istirahat dan tidur, aktifitas keseimbangan suhu tubuh serta kebutuhan seks. Kebutuhan ini dapat disebut sebagai kebutuhan sandang, pangan dan papan.

Pada tingkatan kedua ada Kebutuhan keamanan, kebutuhan ini memberikan rasa aman dan perlindungan kepada manusia, setiap manusia berhak mendapat rasa aman. Kebutuhan ini dibagi menjadi 2 yaitu : Perlindungan Fisik, Perlindungan dari ancaman terhadap tubuh seperti kecelakaan, penyakit, bahaya lingkungan dan Perlindungan Psikologis Perlindungan dari ancaman peristiwa yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan seseorang
Pada tingkatan ketiga ada Kebutuhan Rasa Cinta, kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki, memberi dan menerima kasih sayang, kehangatan, persahabatan dan kekeluargaan. Selanjutnya, Pada tingkatan keempat ada Kebutuhan akan harga diri, kebutuhan untuk dihargai oleh orang lain serta mendapatkan pengakuan dari orang lain
Pada kebutuhan kelima ada Kebutuhan Aktualisasi, kebutuhan tertinggi dalam hierarki Maslow yang berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain atau lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya.

Berikut adalah gambar Hirarki Kebutuhan Dasar Manusia :

Teori kebutuhan dasar ini merupakan sebuah hirarki sehingga satu kebutuhan harus terpenuhi terlebih dahulu sehingga dapat melangkah ke kebutuhan selanjutnya hingga masuk di jenjang paling tinggi yaitu kebutuhan aktualisasi diri.

Semenjak Covid-19 dinyatakan sebagai bencana nasional di Indonesia, pemerintah tidak tinggal diam karena Covid tidak hanya menjadi ancaman bagi sektor kesehatan namun juga sektor ekonomi masyarakat. Melalui Perppu, Jokowi mengumumkan bahwa anggaran negara yang dianggarkan untuk penanganan Covid-19 sebesar Rp. 405,1 Triliun, dengan rincian sebesar Rp. 75 triliun untuk bidang kesehatan, Rp. 110 Triliun untuk social savety atau jarring pengamanan sosial, Rp. 70,1 triliun untuk insentif perpajakan dan stimulus KUR, serta Rp. 150 triliun dialokasikan untuk pembiayaan program pemulihan ekonomi nasional. Saat ini, Grafik pasien positif covid-19 di Indonesia terus naik hingga pada saat tulisan ini di buat sudah mencapai 7.418 kasus dengan 635 orang dinyatakan meninggal dunia dan 913 orang dinyatakan sembuh dari wabah ini.

Disamping itu, pemerintah juga menerapkan pembatasan sosial yang dilakukan untuk menekan angka penyebaran covid-19 ini. Pembatasan ini dilakukan dengan meliburkan semua aktivitas belajar mengajar, aktivitas perkantoran diliburkan, bahkan transportasi darat, laut, dan udara juga dibatasi.

Dari paparan teori dan beberapa informasi yang disampaikan mengenai covid tersebut ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah, seperti Pembatasan sosial yang dilakukan oleh pemerintah tentunya akan mempengaruhi kebutuhan dasar dari masyarakat yaitu kebutuhan pangan sehingga perlu ada keseriusan dan komitmen pemerintah untuk meyakini bahwa pembatasan sosial yang dilakukan pemerintah sudah ada dalam pertimbangan yang matang. Pembatasan sosial mempengaruhi ekonomi masyarakat khususnya masyarakat yang harus berjualan setiap hari untuk mencukupi kebutuhan makan dan minum keluarganya.

Berkaca dari hal tersebut dan beberapa konflik sosial yang terjadi ditengah masyarakat karena persoalan kebutuhan dasar seperti makan dan minum, keamanan, kasih saying, harga diri, dan aktualisasi diri. Maka pemerintah baik tingkat pusat maupun daerah harus mengantisipasi konflik sosial yang terjadi di tengah masyarakat.
Konflik sosial tidak akan terjadi secara langsung antara masyarakat dan masyarakat atau masyarakat dan pemerintah akibat masyarakat yang kekurangan kebutuhan dasar fisiologis khususnya makan dan minum, namun kekurangan kebutuhan dasar ini hanya akan menjadi triger untuk menyalakan dan menyuburkan sebuah konflik yang sudah pernah terjadi sebelumnya atau konflik dengan alasan sejarah. Kebutuhan fisiologis menjadi penting ketika pemerintah melihat dengan jeli kebutuhan apa yang benar-benar dibutuhkan masyarakat. jika pemerintah membagikan sembako maka harus yang memenuhi standar 4 sehat dan 5 sempurna karena jika ada keluarga yang memiliki balita maka tidak mungkin diberikan makan supermie.

Selain itu, konflik juga dapat terjadi dengan alasan kebutuhan akan keamanan, jika masyarakat suatu daerah merasa tidak aman dengan kebijakan yang diambil pemerintah dalam penanganan Covid-19 maka potensi konflik didaerah tersebut juga akan semakin tinggi. Hal ini juga bisa terjadi antara kelompok masyarakat yang saling menjaga daerah tempat mereka tinggal. Jika ada orang lain masuk dalam kampung/lingkungan kampung lain tanpa mengikuti standar kesehatan yang diterapkan dikampung tersebut maka berpotensi menjadi konflik.

Ditingkat selanjutnya, ada konflik yang dapat terjadi akibat masyarakat yang merasa pemerintah kurang peka dengan apa yang dirasakan masyarakat. Masyarakat bisa menilai bahwa pemerintah hanya bisa membuat kebijakan tanpa aksi yang menunjukan bahwa pemerintah memilki rasa empati terhadap korban dampak covid-19. Beberapa masyarakat daerah di Indonesia bahkan menunjukan kecewa terhadap pemerintah daerahnya karena bantuan yang diberikan kepada masyarakat tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Ini menjadi salah satu potensi konflik.

Kebutuhan dasar tingkat ke empat yang bila tidak terpenuhi maka akan terjadi konflik adalah kebutuhan harga diri. Konflik ini dapat terjadi akibat tidak saling menghargai dalam menjaga identitas dari para korban Covid-19. Beberapa kasus terjadi akibat kurangnya rasa saling menghargai. Konflik ini sudah sering terjadi di Indonesia bahkan sering menjadi triger untuk menyalakan konflik yang lebih besar. Ketersinggungan antar pemeluk agama atau suku misalnya. Agama lain telah diliburkan ibadahnya namun agama lainnya masih beribadah Bersama-sama dirumah ibadah, ini akan menjadi konflik harga diri. Konflik ini bisa terjadi juga antar suku bangsa.
Kebutuhan dasar yang paling tinggi adalah kebutuhan dasar aktualisasi diri. Fisiologis ada, keamanan terjamin, kasih sayang didapatkan, dihargai, namun tidak dapat aktualisasi diri ditengah masyarakat juga bisa menjadi sebuah potensi konflik. Konflik dapat terjadi ketika seseorang tidak mampu mengatualisasikan dirinya karena diliburkan selama dalam jangka waktu yang tidak dapat ditentunkan. Selain itu, pegadang ekonomi rakyat yang tidak bisa bekerja atau aktualisasi diri juga bisa menjadi sebuah konflik sosial.

Konflik yang diakibatkan oleh kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi tersebut hanyalah contoh dari banyaknya konflik yang dapat terjadi akibat tidak terpenuhi kebutuhan dasar. Sehingga kami mengingatkan kepada pemerintah untuk tetap komitmen dan memahami kebutuhan dasar masyarakat. Pemerintah pusat perlu mengingatkan kepada pemerintah daerah tingkat provinsi dan kabupaten kota/kabupaten untuk memahami karakter masyarakatnya dan mengambil kebijakan yang tidak mengorbankan masyarakat. Harapan kami, semoga Indonesia dari sabang sampai merauke mampu mengadapi Covic-19. Indonesia bisa, Indonesia Hebat.

Penulis : Steve Rick Elson Mara, SH., M.Han.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *