Kabaroposisi.net.|BANYUWANGI – Belumlah reda 100 % soal pandemi Covid-19, UPTD Puskesmas Singojuruh Kabupaten Banyuwangi harus kerja ekstra tangani permasalahan stunting. Dalam rangka itu Koordinator UPTD Puskesmas Singojuruh H. A. Kundori gelar rapat koordinasi bersama Camat Singojuruh, Koordinator PLKB, Kepala Desa, Sekertaris Desa, Kepala Dusun, Pendamping Kabupaten, Pendamping Desa dan Kader Pos Yandu se Kecamatan Singojuruh Selasa 23/8/2022.
Camat Singojuruh Drs. Bambang Santosa pada kesempatan tersebut, menghimbau dan mengajak soal penanganan kasus stunting disengkuyung bersama-sama, agar Kecamatan Singojuruh ke depan bebas dari permasalahan stunting. Camat mengapresiasi kinerja tim Puskesmas juga para Kader Pos Yandu, yang mana berkat kerja kerasnya angka stunting di Kecamatan Singojuruh mengalami penurunan yang signifikan.
H. A. Kundori selaku Koordinator UPTD Puskesmas Singojuruh dalam keterangannya menyampakan, bahwa rapat koordinasi digelar membahas upaya memacu penanganan, pencegahan dan penurunan angka stunting di wilayah Kecamatan Singojuruh. Jelaanya, hal tersebut berawal dari adanya data yang disebutnya dari tingkat Nasional 21 Oktober 2021 angka anak Balita yang mengalami stunting di Kecamatan Singojuruh sebanyak 190.
Informasi data yang dari tingkat Nasional sebanyak 190 anak alami stunting, kata H. A. Kundori cukup mengejutkan, sehingga atas dasar informasi tersebut dilakukanlah validasi, verifikasi, dan pengukuran kembali di lapangan. Setelah dilakukan verifikasi dan pengukuran kembali ternyata jumlah anak Balita yang stunting di wilayah Kecamatan Singojuruh hanya sebanyak 116. Terjadi selisih angka pada data sebanyak 74, yang itu disadari bisa terjadi karena kesalahan atau kurang cermat Kader dalam menentukan siapa yang posistif stunting dan yang tidak. Hal itu kata Kundori, bisa jadi karena disebabkan sarana prasarana yang ada di Pos Yandu yang minim.
Selanjutnya, maka data yang menjadi acuan dalam penanganan stunting adalah data hasil verfikasi dan pengukuran kembali pada bulan Februari 2022 yang sebanyak 116. Setelah itu terus dilakukan upaya-upaya penanganan untuk pencegahan dan penurunan kasus, dan pada bulan Juni 2022 menurun angka stunting menjadi 93, lanjut ke bulan Juli berkurang lagi atau menurun menjadi sebanyak 81 yang kalau diprosentase sekitar mengalami penurunan 2,6 %.
Berikut H. A. Kundori paparkan, bahwa penanganan stunting itu ada dua fokus yang harus dikejakan, pertama adalah pencegahan terjadinya stunting baru, dan ke dua adalah penanganan kepada yang sudah kena stunting.
“Stunting itu bisa terjadi tidak hanya karena soal gizi saja, tapi juga bisa karena salah asuh. Banyak orang tua yang lebih sering menitikan asuh untuk anaknya kepada nenek atau orang terdekat lainnya yang dianggap menyangi anaknya. Sebenarnya soal siapa yang mengasuh tidak masalah, yang jadi masalah adalah tidak diperhatikan apa yang dikonsumsinya. Namanya anak kecil makanan apa saja yang dilihat diminta, dan kebetulan nenek atau orang lain yang mengasuhnya sangat menyayangi anak itu sehingga apa saja yang diminta dituruti. Tidak disadari bahwa makanan yang diberikan justru menghambat pertumbuhan karena tidak sesuai dengan kebutuhan anaknya yang masih balita”, papar A. Kundori.
Untuk sukses penanganan stunting di Kecamatan Singojuruh dibutuhkan tambahan anggaran, tidak hanya mengandalkan anggaran program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang ada di Desa. Dan untuk itu diajukan permohonan alokasi anggaran dari anggara PPKM yang ada di masing-masing desa, karena diperkirakan ada sisa anggaran PPKM sehubungan masa pandemi yang sudah mulai mereda. Kepala Desa Gumirih Mura’i Ahmad, SE,. SH mengaku tidak keberatan sisa anggaran PPKM dialokasikan untuk membantu penanganan stunting. Asal perubahan pemanfatan anggaran diproses secara prosedur bagaimana supaya tidak nabrak aturan dan tidak beresiko pada Pemerintahan Desa. (r35).