Adat Geredoan & Pawai Budaya Macan Putih

Kabaroposisi.net (Banyuwangi)

Adat “Gredoan” yang dilaksanakan oleh warga Desa Macan Putih Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi. Digelar tiap tahunnya di bulan Robiul Awwal bertepatan dengan bulan peringatan kelahiran Nabi Muhammad Saw. Sehingga dalam pelaksanaannya berlangsung ramai dan tak heran menyedot perhatian warga dari luar desa.

Konon ceritanya sejak dulu adat “Geredoan” berlangsung di hari sebelum dilaksanakannya perayaan hari kelahiran Nabi yang lebih dikenal dengan sebutan “Muludan” (Maulidun Nabi). Kata “Geredoan” berasal dari kata “Gredo” adalah bahasa daerah yang punya makna “Menggoda”. Kebiasaan prilaku menggoda layaknya dilakukan oleh orang laki – laki kepada wanita. Hal tersebut (Gredoan) dilakukan oleh laki – laki perjaka atau duda kepada gadis atau janda di desa Macan Putih saat membantu orang tuanya memasak persiapan selamatan peringatan Maulid.

Pawai obor (bola api) pemuda Desa Macan Putih

Dari ada “Gredoan” itu nasib keberuntungan ketika berpihak kepada sang lelaki maka tak jarang hasilnya berbuah sebuah pertalian asmara pertunangan bahkan ada yang sampai ke jenjang pernikahan. Sabtu 23/11/2019 (Malam Minggu) desa Macan Putih yang juga punya historis /cerita sejarah cikal bakal keberadaan Kerajaan Blambangan itu. Suasananya meriah sekali, arak – arakan seni budaya, permaninan bola api obor -oboran oleh pemuda Macan Putih, dan Jodang /Ogo – ogo. Seolah jadi atraksi yang memanjakan ribuan pengunjung dari luar desa yang sejak beberapa jam sebelumnya seolah jadi pagar hidup di sepanjang rute kirab.

Kepala Desa “Muhammad Farid” turut dalam perayaan pawai

Mohammad Farid yang baru beberapa hari dilantik jadi Kepala Desa Macan Putih definitif, boleh dibilang awali tugas berbaur bersama masyarakatnya. Kades Farid menikmati kebersamaannya dengan masyarakat ikut arak – arakan berkeliling kampung. (ktb).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *