NADIEM MAKARIM = SUSI PUDJIASTUTI DI DUNIA PENDIDIKAN

Putri, Jurnalis dan Penikmat Sastra

Penulis : Putri Aprillia Sari
Jurnalis & Penikmat Sastra

Redaksi Kabaroposisi.net. – Tepat, Jokowi tunjuk Nadiem Makarim. Bagai mimpi. Ternyata dia nyata. Kalau Susi Pudjiastuti menguatkan kedaulatan di laut, di bidang pendidikan dan kebudayaan ada Nadiem. Dia memahami tujuan pendidikan.

Bacaan Lainnya

Pendidikan bukan alat membuat anak-anak manusia menjadi mesin. Ketiga aspek pendidikan: psikomotorik, kognitif, dan afektif dipahami benar olehnya. Pendidikan juga bukan sarana bagi para guru untuk menjadi budak. Budak dari sistem yang membelenggu kreativitas guru (dan murid).

Nadiem

Nadiem membongkar. Awal yang harus dibongkar adalah Ujian Nasional (UN). Nadiem benar. UN cuma mengukur aspek kognitif doang. Karena mereka dipaksa hanya untuk menghapal.

Pelajaran padat hanya menciptakan aktivitas menghabiskan waktu, selama enam, dan tiga tahun dengan satu tujuan akhir: UN. Nadiem akan mengubah ujian menjadi sesuatu yang bisa mengukur kemampuan siswa secara lebih holistik. Jati diri siswa sebagai manusia.

Nadiem pun memberikan solusi pengganti UN: Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter. Dia menyebut asesmen ini meliputi kemampuan bernalar menggunakan bahasa atau literasi, kemampuan bernalar menggunakan matematika atau numerasi, dan penguatan pendidikan karakter.

Bisnis Besar UN-Bimbel

Guru dan orang tua dibuat pusing tujuh keliling karena UN. Di balik UN ada bisnis besar yang disebut: Bimbingan Belajar. Bimbel ini yang bisa meloloskan pesertanya ke perguruan tinggi. Dengan lagi-lagi diberi ujian soal menghapal. Potensi dan calon manusia yang siap berkompetisi disingkirkan.

 

Habis UN dibongkar, langkah berikut Mendikbud untuk perguruan tinggi, yakni membongkar praktik UMPTN. Kita akan lihat gebrakan Nadiem terkait dengan ujian masuk ke perguruan tinggi.

Sebagai Mendikbud, Nadiem juga bertanggung jawab terhadap kebudayaan. Nah, dalam hal kebudayaan ini dia akan mendorong pendidikan karakter. Karakter anak-anak muda yang berbudaya Indonesia – dengan wujud nilai-nilai peradaban setiap bangsa di Indonesia.

Pendidikan yang Membebaskan Murid dan Guru

Jangan heran nanti ketika Nadiem menyederhanakan jumlah mata pelajaran di sekolah. Nadiem akan membuat gebrakan. Inti pendidikan yang membebaskan adalah kayakinan Nadiem. Yang selama ini pendidikan di Indonesia adalah pendidikan tentang birokrasi.

Anak-anak adalah angka. Siswa adalah bagian obyek statis yang hanya diukur dalam rutinitas. Bahkan siswa dan mahasiswa dipersiapkan sebagai bagian dari kapitalisme, hingga disebut sumber daya manusia. Alias buruh. Paralel dengan sumber daya alam. Komponen kalpitalisme yang telah menjadikan bangsa Barat saat ini sebagai budak kapitalisme global.

Guru hanya menjadi bagian dari sistem. Sistem pendidikan. Sistem abstrak yang menciptakan birokrasi dan rutinitas sebagai tujuan. Betapa guru mengejar sertifikasi. Agar penghasilan bertambah. Rutinitas birokrasi membunuh kreativitas guru.

Hal sama terjadi di sistem pendidikan di bawah Kemenag. Sama-sama menghasilkan robot dan manusia penghapal. Guru dan dosen sama saja menjadi sapi perah kapitalisme dan sistem pendidikan yang bobrok.

Di zaman 4.0, hapalan adalah hal paling menggelikan bagi Nadiem Makarim. Buat apa manusia menghapalkan sesuatu yang sejatinya bisa dilihat di hape? Google dan internet dalam akurasi tertentu menyediakan segalanya.

Yang belum ada di Google dan internet adalah kemampuan meramu, menganalisis, informasi dan data. Di situlah dibutuhkan kemampuan berbahasa – logika berpikir, numerasi, melihat rangkaian data dan fakta, fenomena dan kemungkinan. Inilah yag harus dikejar anak-anak dan mahasiswa Indonesia.

Nadiem percaya pendidikan sebagai pintu gerbang kejayaan manusia. Peradaban. Eksistensi manusia. Yang merdeka. Saat ini, SDM Indonesia keteteran dalam persaingan internasional. Mutu pendidikan tinggi sampai rendah di Indonesia sangat rendah. Meski secara individu tidak kalah dengan bangsa lain di Bumi. Salah satunya ya Nadiem sendiri.

Nadiem bukan professor dengan deretan gelar, namun dia bukan manusia ribet. Bukan Menteri yang prosedural. Birokratif. Kertas. Laporan. Hingga dia bisa melihat anak didik, murid, mahasiwa sebagai manusia. Dan, guru bukan buruh kapitalisme yang kaku.

Selamat datang Nadiem! Kau adalah Susi Pudjiastuti kedua, di bidang pendidikan dan kebudayaan!

 

Penulis: Putri Aprillia Sari 

Jurnalis dan Penikmat sastra 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *