Kabaroposisi.net (Banyuwangi)
Alat musik “angklung” yang terbuat dari “bambu” jadi benar bila dianggap sebuah alat instrument musik “tertua”. Ketika mengacu pada sejarah kemajuan peradaban manusia sebelum mengenal benda-benda jenis logam dan yang lainnya. Dan masyarakat tanah Blambangan Banyuwangi salah satunya yang menjadikan media “bambu” sebagai alat instrument tradisonal secara turun- temurun hingga sekarang.
Yang mana bilah-bilah bambu khusus kemudian diracik sedemikian rupa untuk menimbulkan suara-suara (laras gending). Sehingga menjadi sebuah irama nada yang kemudian disebutlah menjadi sebuah alat instrument bernama “Angklung”. Sebutan “Angklung Paglak” bermula dari sebuah kebiasaan petani jaman dulu. Ketika jelang musim panen menjaga tanaman padinya dengan membuat Pondok (Paglak) yang kemudian dilengkapi dengan menyediakan “Angklung” untuk mengobati kejenuhan dan betah berada di area persawahannya.
Keunikan memainkan instrument “Angklung Paglak” terlihat di Pasar Wit-Witan Alasmalang Minggu 16/02/2020. Yang mana kebolehan Bang Tohan dan Kang Suhairik warga Dusun Pasinan Desa Singojuruh Kecamatan Singojuruh. Tak pelak membuat pengunjung Pasar Wit-Witan terpukau dan tak sedikit sengaja berselfie dengan latar beground “Angklung Paglak”. Sementara di Banyuwangi diketahui ada 4 jenis pertunjukan rakyat yang menggunakan media “Angklung”. Diantaranya ada Angklung Caruk, Angklung Tetek, Angklung Paglak, dan Angklung Blambangan.
Bang Tohan ternyata sejak tahun 1965 sudah bisa memainkan alat musik “Angklung” sekira pada usianya 8 tahun. Menurut Bang Tohan ilmu memainkan alat musik “Angklung” didapat dari kakek-kakeknya di masa itu. Sehingga keahliannya memainkan “Angklung” bisa dibilang jadi sumber penghidupannya sampai sekarang.
“Saya sejak tahun 65 usia 8 tahun sudah bisa memaikan angklung ini pak, karena memang di Pasinan dulu berdiri grup tabuhan angklung. Dan di Pasinan banyak anak-anak muda yang bisa memainkan angklung ini mas. Alhamdulillah meski hanya dengan keahlian main angklung ini bisa menghidupi keluarga. Semua itu ternyata butuh ketekunan dan tlaten pak, bekerja apapun kalau tekun dan tlaten insyaallah bisa bertahan hidup pak”, tutur Bang Tohan saat dikonfirmasi.
Yang menarik Bang Tohan memainkan instrument “Angklung Paglak” itu berpasangan dengan Suhairik. Satu irama gending dimainkan berdua dengan kompak bertautan, dan itu tidak mudah dilakukan. Tentu hanya oleh orang-orang yang berkeahlian khusus dan punya koleksi irama gending Banyuwangi yang banyak. Penampilan Bang Tohan dan Suhairik yang luar biasa karena memang sudah terbiasa itu ciptakan susana alami Pasar Wit-Witan. (rh35).