KABAROPOSISI.NET|Tulungagung, – Sedikitnya 15 anak yatim dan duafa mendapat santunan dalam rangka Hari Ulang Tahun Aliansi Jurnalis Tulungagung, Kamis( 21/10/2021) malam.
Acara yang digelar dihalaman Kantor AJT dihadiri orang tua wali yatim, komunitas sosial, Organisasi kemasyarakatan dan beberapa wartawan dari berbagai media.
Acara diawali dengan santunan anak Yatim dan yatim piatu yang diberikan langsung oleh Ketua Aliansi Jurnalis Tulungagung.
Ketua Umum AJT, Catur Santoso mengatakan pandemi Covid -19 telah berdampak sangat besar dalam seluruh sektor kehidupan.Banyak Korban jiwa akibat virus Corona. Dari korban jiwa itu meninggalkan anak – anak berusia dini.
” Anak anak yang menjadi yatim dan yatim piatu sangat membutuhkan peran perlindungan,finansial dan juga kasih sayang orang tuanya. Untuk itu dihari Ulang tahun AJT ke -13 ini, meski digelar sangat sederhana dengan protokol kesehatan, semoga dapat meringankan beban mereka yang sangat membutuhkan, ” ungkapnya.
Sunari, Ketua Panitia Peringatan hari ulang tahun AJT ke -13 mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang berperan mensukseskan acara ini.
Sunari mengatakan acara peringatan hari ulang tahun tahun ini berbeda dari tahun – tahun sebelumnya, karena masih pandemi Covid -19.
Ia berharap dengan digelarnya acara ini seluruh pengurus dan anggota AJT dapat terhindar dari segala bencana maupun mara bahaya terlebih pandemi Covid -19 segera hilang,
” Karena masa pandemi acara ulang tahun AJT tahun ini dengan sangat sedernana dan protokol kesehatan Covid -19, ” tegasnya.
Menurutnya acara ulang tahun AJT berbeda dengan tahun – tahun sebelumnya. Biasanya setiap acara ulang tahun diadakan meriah dengan berbagai pertunjukan . Namun karena terkendala dengan adanya wabah Corona , maka pelaksanaan ulang tahun AJT disepakati diadakan secara sederhana dengan prokes Covid -19.
” Saya berharap pandemi Covid -19 segera berakhir. Sehingga masyarakat Tulungagung dapat hidup rukun, tentram dan sehat walafiat serta di jauhkan dari marabahaya atau bencana,” terangnya.
Selanjutnya acara Kenduri dan diteruskan pemotongan tumpeng. Para undangan menyantap nasi tumpeng bersama – sama.
Menurut tradisi Islam Jawa, ” tumpeng” merupakan akronim dari bahasa Jawa, yakni Yen Metu Kudu Sing Mempeng ( kalau keluar harus dengan sungguh – sungguh).
Sedangkan lauk – pauk yang mengiringi gunungan nasi tumpeng biasanya jumlahnya tujuh. Hal ini pun bukan tanpa alasan. Angka tujuh dalam bahasa Jawa disebut dengan Pitu, maksudnya adalah Pitulungan ( pertolongan). (red)