Puskesmas Burneh Bangkalan Targetkan Vaksinasi 100 Persen Dari Jumlah Penduduk Yang BerNIK

BANGKALAN | Kabaroposisi.net – Kegiatan vaksinasi terus digalakkan oleh pemerintah untuk segera mencapai angka persentase herd immunity atau kekebalan komunal dari Covid-19 secara maksimal.

Secara akumulasi Puskesmas Burneh, Kabupaten Bangkalan, Provinsi Jawa Timur, kegiatan vaksinasi sudah mencapai di angka 61 persen dari total jumlah penduduk yang sudah tervaksin dosis satu dan dua.

Bacaan Lainnya

Menurut Saiful Hidayat Kepala Puskesmas Burneh, kegiatan vaksinasi yang dilakukan ditempat kerjanya tersebut selama satu pekan ful, bahkan dirinya lebih memilih jemput bola menggunakan mobil operasional untuk melakukan kegiatan vaksinasi berkeliling disetiap desa-desa.

“Pelaksanaan vaksinasi kita ful selama satu minggu mas khusus di puskesmas burneh, kalau kita ada sasaran dosis 2 di semua desa kita sudah terjadwal dan untuk dosis yang ke 3 ada yang mengusulkan. Kita sekarang lebih kepada jemput bola, kayak kemarin kita ada vaksin keliling di desa alaskembang “Alhamdulillah kita sudah dapat 100 orang,” tutur Saiful.

Mengenai target vaksinasi Covid-19 diwilayahnya itu pihaknya mengaku akan terus berupaya optimalisasi menyasar masyarakat yang belum melakukan vaksin dengan cara berkoordinasi dengan Muspika setempat dan tim Satgas Kecamatan untuk mencapai target hingga 70 persen lebih.

“Target minimal itu 70 persen, ya kalau bisa 100 persen. Jadi harapan saya semua penduduk terutama yang sudah NIK itu harus di vaksin. Kalau misalnya ada dari suatu lembaga swadaya masyarakat yang ingin mengadakan vaksinasi kita juga siap yang penting kita koordinasi jadwalnya kita tentukan dan minimal kita harus tahu sasarannya,” katanya.

Mengenai jenis vaksin dikatakan Saiful, yang digunakan Puskesmas Burneh yakni, Sinovack, Muderna dan Fizzer, sebab kata dia untuk dosis pertama mengutamakan memakai fizzer.

“Fizzer itu secara efikasinya bagus 94 hingga 95 persen dibanding sinovack, namun penyimpanannya itu gak boleh segi drajat dibawah nol, jadi penyimpanannya yang punya itu dinas kesehatan atau provinsi, tapi kalau efeknya itu kurang lebih hampir sama kayak muderna, kembali pada individunya kadang ada yang merasakan panas dingin dua atau tiga hari kembali normal lagi,” terang Saiful memberikan ulasan pada media. (Sul)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *