KABAROPOSISI.NET |Tulungagung, –
RSUD DR. ISKAK TULUNGAGUNG berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung menggelar sosialisasi Indonesian Newborn Pulse Oxymetry Screening Training (INPOST).
Berlokasi di Aula RSUD dr. Iskak Tulungagung, kegiatan yang dilaksanakan pada Kamis (14/7/2022) diikuti puluhan dokter spesialis anak dan bidan se-Kabupaten Tulungagung.
Mereka merupakan perwakilan 29 puskesmas serta RS swasta se-Kabupaten Tulungagung.
Minimnya pengetahuan terkait deteksi dini pada penyakit jantung bawaan (PJB), membuat angka kesakitan pasien PJB terus meningkat dari waktu ke waktu.
Padahal, dengan mengetahui sedari dini, bayi yang memiliki indikasi PJB dapat segera mendapatkan perawatan yang sesuai untuk kondisinya.
Direktur RSUD dr. Iskak, dr. Supriyanto, Sp. B M. Kes mengatakan, sosialisasi INPOST ini menjadi tempat diskusi dan sharing bersama bagi para tenaga kesehatan, khususnya bidan dan dokter spesialis anak dengan tim dari UKK Kardiologi Anak.
“Saya berharap adanya sosialisasi ini kita semua dapat belajar bersama, sharing dan diskusi mengenai deteksi PJB pada bayi, dan treatment yang harus dilakukan seperti apa,”jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinkes Kabupaten Tulungagung, dr. Kasil Rokhmad, MMRS mengapresiasi langkah RSUD dr. Iskak untuk membuat sosialisasi INPOST ini.
Hal ini tentu akan sangat membantu untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian di Kabupaten Tulungagung.
Selain itu, dengan adanya sosialisasi ini, para bidan yang ada di puskesmas juga dapat menjadi garda terdepan dalam pendeteksian pada bayi baru lahir.
Dengan begitu, jika petugas di puskesmas menemukan bayi yang positif PJB dapat segera memberi penanganan atau dapat merujuk pada rumah sakit berjejaring.
“Upaya deteksi nya bisa dilakukan lebih masiv dengan menyasar desa-desa yang menjadi wilayah kerja daripada puskesmas itu sendiri. Kami juga akan menyiapkan alur rujukannya jika ditemukan bayi yang mengalami PJB,” terangnya.
Salah satu pemateri dalam sosialisasi INPOST dr. Indah Kartika Murni, M.Kes, PhD, Sp. A(K) menambahkan, pemeriksaan dini akan sangat berpengaruh pada kualitas hidup pasien PJB.
Selain itu, meskipun pemeriksaan emas PJB adalah menggunakan ekokardiografi dan jumlahnya terbatas, namun para dokter maupun bidan dapat menggunakan pulse oximeter yang lebih hemat biaya.
“Jadi bukan menjadi alasan lagi bahwa keterbatasan alat menjadi kendala untuk melakukan deteksi dini pada PJB. Justru dengan deteksi dini inilah kita dapat meningkatkan kualitas hidup pasien,” ujarnya.
Indah pun mengapresiasi antusiasme peserta sosialisasi. Ia berharap adanya sosialisasi ini dapat menjadi langkah kecil dalam menekan angka kesakitan akibat PJB. (Humas)