Kabaroposisi.net.|BANYUWANGI – Ribuan masyarakat pengunjung baik dalam maupun luar wilayah Kabupaten Banyuwangi, Munggu 21 Juli 2024. Tumpah ruah hadiri acara adat tradisi “Kebo-Keboan” yang digelar oleh masyarakat Tokoh Adat dan Pemerintah Desa Alasmalang Kecamatan Singojuruh.
Hadir dalam acara tersebut jajaran Forkopimda Banyuwangi, para pejabat SKPD Kabupaten Banyuwangi, Forkopimka Singojuruh, Dewan Kesenian Blambangan, Ketua Paguyuban Noto Ati Bangorejo, Dosen Universitas Jakarta, Ketua ASKAB, Kepala Desa se Kecamatan Singojuruh. Dan banyak undangan kehormatan yang tidak bisa media sebutkan satu persatu. Bupati Banyuwangi yang direncanakan bisa hadir langsung, karena sesuatu hal hadir secara firtual.
Seperti pada tahun sebelumnya, tahuh ini dipercaya oleh masyarakat Tokoh Adat dan Pemerintah Desa Alasmalang sebagai Ketua Panitia penyelenggara yaitu tokoh muda bernama Tri Susanto. Tentu mendukung sukses acara adalah seluruh warga Dusun Krajan dan unsur Perangkat Pemerintahan Desa Alasmalang.
Tri Susanto selaku atas nama Panitia menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung dan membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan yang dilakoninya. Terkutip dari sambutannya Tri Susanto selain melaporkan tentang seputar rsngkaian kegiatan. Sekilas juga menyampaikan tujuan dari diselenggarakannya ritual adat Kebo-Keboan.
Sehubungan dengan ketidakhadiran Bupati Banyuwangi secara langsung di acara tradisi Kebo-Keboan Alasmalang tersebut. Maka Choiru Ustadi, S.Sos.,Msi selaku Asisten Administari Umum Pemkab Banyuwangi. Bertindak selaku narahubung kepada Bupati Banyuwabgi Ipuk Fiestiandani untuk memberikan sambutan secara firtual.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani secara firtual mengucapkan permohonan maaf kepada masyarakat dan Pemerintah Desa Alasmalang. Karena tidak bisa hadir secara langsung di acara tradisi Kebo-Keboan di Desa Alasmalang.
Bupati Ipuk sampaikan apresiasi yang se besar-besarnya kepada masyarakat dan Pemerintah Desa Alasmalang. Yang disebutnya terus berkomitmen, berusaha menjaga dan melestarikan tradisi Kebo-Keboan.
“Tradisi ini mencerminkan bagaimana hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam. Serta bagian dari bentuk rasa syukur dari masyarakat Desa Alasmalang kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan rejeki yang diberikan kepada Desa Alasmalang”, ujarnya.
Bupati Ipuk katakan bahwa even tradisi Kebo-Keboan mengajarkan untuk selalu menghormati dan menjaga alam semesta, karena dari alamlah kita mendapatkan kehidupan. Bupati ajak semuanya belajar dari masyarakat Desa Alasmalang yang terus berupaya mewujudkan rasa syukurnya dengan nilai-nilai luhur yang sudah diajarkan oleh para leluhurnya.
Sebagai edukasi, Bupati Ipuk sedikit mengutip apa yang pernah disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara yang mengatakan. Bahwa, “budaya adalah hasil dari budi dan daya manusia” yang tumbuh dari jiwanya. Yang selanjutnya ditegaskan bahwa, “melestarikan budaya lokal, ini adalah bagian dari pada menjaga identitas dan jati diri kita”. Dan melestarikan budaya lokal kata Bupati Ipuk Fiestiandani adalah upaya menarik orang untuk lebih banyak tahu, dan belajar dengan budaya yang kita miliki. Sehingga ada wisata yang tumbuh, dan bagaimana wisata itu bisa menjadi penopang perekonomian yang tumbuh di desa-desa yahg ada di Banyuwangi khususnya di desa Alasmalang.
Selanjutnya mewakili Bupati Banyuwangi, Caoirul Ustadi, S.Sos.,MSi(Asisten Administrasi Umum), berkenan memukul gong sebagai penanda dimulainya rangkaian ritual ada Kebo-Keboan Alasmalang. (r35).